Kamis, 20 Oktober 2011

Ritual Adat Ka’a Ngadhu Suku Kutu

BAJAWA, FAJARBALI—Warga suku Kutuhebupedu yang tersebar di wilayah Kota Bajawa dan sekitaranya ikut meramaikan acara peresmian Ngadhu (simbol pemersatu) di kampung adat Bewajo, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, Sabtu (15/10/2011). Ritual adat ini sebagai puncak dari seluruh rangkaian ritual adat yang telah dilakukan warga suku dalam memperbaiki Ngadhu. Dalam acara tersebut puluhan hewan kurban yaitu sapi lima ekor dan babi 23 ekor dipotong untuk makan bersama warga suku.
Upacara ini dianggap sebagai puncak dari ritual adat warga suku dalam peresmian Ngadhu yang baru. Ngadhu yang lama diperbaiki karena sudah lapuk yang diperkirakan sudah berusia 500 tahun lalu. Perhitungan umur Ngadhu tersebut diperkirakan sesuai usia manusia dalam satu keturunan. Ngadhu yang diperbaiki itu masuk pada keturunan ketujuh. Dengan demikian, jika satu keturunan rata-rata usia 70-80 tahun, maka dari tujuh keturunan itu diperkirakan mencapai 500 tahun.
Ketua suku Kutuhebupedu Thomas Jone kepada wartawan di rumah adat (Sao) menjelaskan, acara yang berlangsung meriah itu dianggap sebagai puncak dari semua ritual adat sejak awal pergantian Ngadhu hingga selesai. Perbaikan Ngadhu yang terletak di tengah kampung tersebut berlangsung cukup lama, karena semua hal yang mau dilakukan harus melalui upacara adat, seperti pencarian tiang utama Ngadhu di hutan, penggalian untuk menanam tiang Ngadhu, hingga acara peresmian Ngadhu.
Jone yang juga berstatus sebagai Saka Pu’u (orang yang menempati rumah adat suku) mengatakan, perbaikan Ngadhu tidak seperti perbaikan rumah adat (Sao). Ngadhu hanya bisa dilakukan renovasi jika kondisinya sudah tidak layak lagi dan usia Ngadhu tersebut bisa mencapai 400-500. Sedangkan rumah adat (sao) bisa dilakukan renovasi empat tahun sekali tergantung kondisi rumah adat.
Pantauan Wartawan FajarBali, Sabtu (15/10/2011), ratusan warga suku yang merupakan keturunan dari suku tersebut mulai berdatangan ke kampung adat Bewejo dari pukul 09.00 hingga pukul 13.00 wita. Warga datang dalam bentuk kelompok dan membawa serta ternak persembahan seperti kerbau dan babi. Tamu yang datang disambut dengan tarian adat oleh tuan rumah yang adalah warga suku yang menetap di kampung tersebut. Sebelum warga suku yang datang itu masuk ke dalam rumah adat, terlebih dahulu mereka memperkenalkan status hubungan mereka dengan warga yang tinggal di kampung tersebut, seperti hubungan keturunan (ra’a nana dadi dowe), hubungan perkawinan (tara dhaga lobo tozo) dan juga hubungan pertemanan (koga woe). Usai perkenalan yang dilakukan persis di pintu masuk kampung itu, mereka diiringi dengan tarian adat untuk dihantar masuk ke rumah adat.
Kemudian dari sao induk, mereka dibagi untuk menempati rumah-rumah warga yang berada di dalam kampung tersebut. Setelah warga suku sudah berada di rumah-rumah warga langsung disusulkan dengan pemberian makan dan minum yang disajikan secara adat dengan menggunakan bakul. Usai makan, dilanjutkan dengan upacara pemotongan hewan kurban, baik kerbau maupun babi. Lima ekor sapi yang sudah diikat tepat di tengah kampung itu langsung dibantai. Begitu juga babi 23 ekor langsung dipotong.
Ketua panitia ritus peresmian Ngadhu, Geradus Reo yang juga menjabat sebagai Camat Bajawa mengatakan, daging hewan persembahan tersebut selain dimakan juga dibagikan kepada warga suku yang datang. Katanya ratusan warga suku yang datang pada upacara tersebut merupakan warga suku sendiri, warga karena hubungan perkawinan dan juga warga karena hubungan persahabatan. Setiap kelompok yang datang membawa ternak masing-masing, seperti kerbau dan babi. Warga yang datang itu tidak diwajibkan untuk membawa ternak kerbau, mereka datang bisa membawa ternak babi, tergantung tingkat partisipasi warga kampung tersebut saat pergi mengikuti acara ke luar. “Kalau kita ikut mereka punya acara bawa babi, maka saat kita punya acara mereka juga bawa babi. kalau kita bawa kerbau, berarti mereka juga datang bawa kerbau,” kata Reo. Dan dalam Tradisi Masyarakat Ngada dalam konsep ‘Nua Lima Zua’ hanya mengenal 3 jenis hewan kurban untuk ritus adat yakni Kerbau, Babi dan Anjing. (fb/risdiyanto)

Tidak ada komentar: