Senin, 20 April 2009

Ada Skenario Menjadikan NTT Seperti Ambon dan Poso

Kupang, NTT Online - Komandan Korem 161/Wirasakti Kupang, Kol Inf Arief Rachman mengungkapkan, saat ini sedang terjadi “pembusukan dari dalam” untuk menjadikan Nusa Tenggara Timur (NTT) porak-poranda seperti Ambon dan Poso. “Upaya ini sedang mereka bangun di wilayah perbatasan NTT-Timor Leste dengan menghasut rakyat untuk menolak kehadiran TNI,” katanya ketika berdialog dengan tokoh-tokoh masyarakat dari Kabupaten Nagekeo, Pulau Flores di Makorem 161/Wirasakti Kupang, Rabu.

Kehadiran 12 tokoh masyarakat dari Kabupaten Nagekeo yang dipimpin oleh Kornelis Soi (Anggota DPRD NTT dari F-PDI Perjuangan) untuk mendesak TNI-AD segera membangun Markas Komando Resor Militer (Korem) di Mbay,ibukota Kabupaten Nagekeo.
Nagekeo merupakan kabupaten baru pemekaran dari Kabupaten Ngada yang baru diresmikan menjadi daerah otonom pada 22 Mei lalu bersamaan dengan Kabupaten Sumba Tengah dan Sumba Barat Daya di Pulau Sumba.

Elemen-elemen masyarakat yang disebut Danrem Arief Rachman sebagai “kelompok pembusuk dari dalam” ini, masih terus melancarkan aksinya dengan menghasut masyarakat untuk menolak pembangunan Brigade Infanteri (Brigif) TNI-AD di SoE, ibukota Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).

Menurut dia, “kelompok pembusuk dari dalam” itu merupakan kaki tangan pihak asing yang terus bekerja untuk membenturkan rakyat dengan TNI, sekaligus untuk melumpuhkan kekuatan militer Indonesia agar bangsa ini mudah “dipermainkan” oleh kepentingan-kepentingan asing.

Ada sejumlah negara asing, kata Danrem Arief Rachman, tidak menghendaki agar militer Indonesia “tidak memiliki kekuatan yang utuh” karena militansi para prajurit TNI-AD dalam mempertahankan keutuhan negaranya, jauh berbeda dengan militer di negara mana pun.

“Bagi para prajurit TNI, nyawa adalah taruhannya dalam mempertahankan keutuhan negara dari gangguan pihak mana pun. Atas dasar inilah, kelompok-kelompok tersebut berusaha untuk membenturkan TNI dengan rakyat agar kemanunggalan yang dibangun selama ini segera retak,” katanya.

Danrem Wirasakti kemudian mencontohkan aksi protes masyarakat terhadap eksistensi Kodam Iskandar Muda di Aceh, Kodam Pattimura di Ambon dan Sulawesi serta Kodam di Papua.

“Ketika Kodam-Kodam tersebut dihapus, elemen-elemen masyarakat yang merupakan kaki tangannya pihak asing mulai memainkan perannya yang begitu hebat sehingga menimbulkan konflik berdarah di wilayah-wilayah tersebut karena tidak ada lagi komando militer yang berada di wilayah tersebut,” ujarnya.

Pengalaman pahit masa lalu yang terjadi di wilayah-wilayah tersebut, ujar Danrem Wirasakti, hendaknya dicermati oleh masyarakat NTT agar tidak mudah terprovokasi oleh pihak-pihak tertentu yang selalu menebarkan “virus anti militer” di tengah masyarakat demi mencapai tujuannya.

Danrem Arief Rachman menegaskan, amat sangat tidak mungkin jika rakyat Indonesia dijadikan sebagai musuhnya militer.

“Kita ini adalah tentara rakyat sehingga tugas dan pengabdian kita sepenuhnya dipersembahkan kepada rakyat Indonesia,” ujarnya.

Oleh karena itu, ia mengharapkan masyarakat NTT jangan cepat terprovokasi dengan aktivitas “kelompok pembusuk dari dalam” yang selalu berusaha membenturkan rakyat dengan TNI melalui media penolakan keberadaan pasukan militer atau pembangunan markas militer.

“Kemanunggulan TNI-Rakyat harus tetap dipertahankan dan tidak boleh tercerai-beraikan. Jika pola kemanunggulangan ini sudah kita tanamkan dalam hati kita masing-masing, upaya apapun yang dilakukan oleh menghacurkan daerah ini, bakalan tidak akan terwujud,” katanya menegaskan. antara

Tidak ada komentar: