Jumat, 27 Maret 2009

Asa di Bumi Ngada

Obyek wisata Malanange dibiarkan 'perawan'
Laporan Aris Ninu, SPIRIT NTT, 14-20 Januari 2008
BAJAWA, SPIRIT--
Lokasi air panas Malanage, Desa Dariwali, Kecamatan Jerubuu, Kabupaten Ngada, belum dikelola menjadi obyek wisata yang bisa memberi kontribusi pada pendapatan asli daerah (PAD). Obyek wisata air panas yang masih 'perawan' ini belum diperhatikan dan ditata pemerintah agar bisa dikunjungi wisatawan.
Selain air panas, di Kecamatan Jerubuu, ada obyek wisata budaya berupa Kampung Adat Bena di Desa Tiworiwu dan Gunung Inerie yang cocok untuk wisata pendakian.
Pantauan SPIRIT NTT pekan lalu di lokasi air panas Malanage yang berada ditepi ruas jalan ke Desa Naruwolo, air panas yang dihasilkan suhunya jauh lebih panas dibanding dengan air panas Mangeruda.

Air panas Malanage mengalir dari lereng bukit yang berdekatan dengan Gunung Inerie. Lokasi air panas ini belum dikelola Pemkab Ngada untuk menjadi sebuah obyek wisata.
Di sekitar kawasan ini tumbuh subur tanaman-tanaman keras dan tanaman perkebunan seperti kakao, cengkeh dan tanaman perkebunan lainnya.
Fransiskus, warga Dariwali, menuturkan, air panas Malanage lebih panas dari air di Mangeruda. "Jika ada orang yang ingin mandi harus ke tempat pertemuan air panas dan air dingin yang berada di bawah. Air di bagian atas selama ini tidak bisa dipakai rendam badan karena terlalu panas," ujarnya.
Menurut Frans, suhu air panas di lokasi itu bisa dipakai untuk merebus telur.
Veronica, warga Jerubuu, kepada SPIRIT NTT, mengatakan, air panas Jerubuu bisa dijadikan obyek wisata karena banyak pengunjung lokal dari Kecamatan Bajawa setiap minggu dan hari libur datang ke lokasi ini untuk rekreasi.
"Saya tinggal di Bajawa namun baru kali ini datang ke Jerubuu. Ternyata ada air panas yang jauh lebih panas dibanding air di Mangeruda. Obyek ini perlu diperhatikan dan dijadikan obyek wisata yang bisa dikunjungi wisatawan," tambah Hendrik, warga Bajawa.
Untuk diketahui, Kecamatan Jerubuu mekar dari Kecamatan Aimere pada tahun 2000. Jerubuu terkenal dengan kawasan perbukitan dan lereng gunung yang memiliki potensi alam yang indah guna dijadikan obyek wisata.
Kawasan Jerubuu berada di sekitar kawasan gunung berapi Inerie. Obyek lain yang membuat Jerubuu dikenal yakni masyarakat di kecamatan ini masih menghormati leluhur. Budaya dan adat istiadat masih dipegang. Dan di wilayah ini terdapat obyek wisata Kampung Adat Bena di Desa Tiworiwu (18 km dari Bajawa) dengan sejumlah peninggalan leluhur yang bernilai budaya tinggi. Sampai sekarang peninggalan itu masih ada dan dihormati.
Resor peternakan 'bersihkan' rabies
Laporan Aris Ninu, SPIRIT NTT, 14-20 Januari 2008
BAJAWA, SPIRIT--Sebanyak 1.669 ekor anjing di wilayah Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, telah divaksin anti rabies oleh petugas Resor Peternakan Bajawa. Pemberian vaksi dilakukan sejak 10-22 Desember 2007. Pihak Resor Peternakan kini sedang melakukan vaksin anjing di wilayah Bajawa sebagai upaya membebaskan Ngada dari rabies.
Demikian Kepala Resor Peternakan Kecamatan Bajawa, drh. Florentina Tina Nono, kepada SPIRIT NTT di ruang kerjanya, Jumat (10/1/2008).
Tina Nono didampingi stafnya, Ronald Repu, S.Pt, menjelaskan, 1.669 ekor anjing yang divaksin petugas berada di 6 desa dan 5 kelurahan di Kecamatan Bajawa. Kegiatan vaksin akan dilanjutkan ke desa-desa lainnya di Kecamatan Bajawa. Sedangkan anjing yang ada di Kelurahan Ngedukelu dan Kisanata belum divaksin.
Tina Nono mengatakan, anjing yang ada di Kelurahan Tana Lodu dan Jawameze, telah ada kesepakatan untuk dieliminasi total. "Anjing di dua kelurahan di Kecamatan Bajawa itu dieliminasi total. Kami akan turun lagi untuk vaksin anjing yang ada di Kecamatan Bajawa," tegasnya.
Tentang kenapa masyarakat di Kecamatan Bajawa masih memelihara anjing, Tina Nono menjelaskan, berdasarkan pengakuan masyarakat, mereka memelihara anjing untuk berburu, menjaga kebun dari serangan babi hutan dan kera. Anjing pun dipelihara untuk menjaga rumah serta tanaman di kebun. Selain itu, anjing sebagai ternak pengganti babi untuk upacara adat.
"Tiga hal itu yang berpengaruh sehingga orang Bajawa masih memelihara anjing. Tetapi upaya mencegah rabies tetap kami lakukan dimana setiap tiga bulan dan enam bulan sekali dilakukan vaksinasi," tambahnya.
Mengenai kasus gigitan anjing di Bajawa, dia mengaku, ada kenaikan."Masyarakat di Kecamatan Bajawa punya kesadaran saat petugas melakukan vaksin di lapangan. Masyarakat dengan kesadaran membawa anjing ke kantor desa untuk divaksin. Ada juga yang kami temui di perkampungan mereka," tuturnya.

Kuruboko kembangkan teknologi pertanian
Laporan Aris Ninu, SPIRIT NTT, 14-20 Januari 2008
BAJAWA, SPIRIT--Para petani di Kuruboko, Desa Nginamanu, Kecamatan Wolomeze, Kabupaten Ngada, mulai melirik teknologi pertanian intensifikasi padi aerob terkendali berbasis organik (IPAT-BO) yang telah diperkenalkan di Ngada 18 Desember 2007 lalu.
Petani Kuruboko telah mengajukan permohonan melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ngada guna mengembangkan teknologi tersebut. IPAT-BO adalah teknologi pertanian yang hemat benih, air dan pupuk yang dapat meningkatkan produksi padi.
Camat Wolomeze, Christian Haning, kepada SPIRIT NTT di Wolomeza, Selasa (8/1/2008), menjelaskan, kawasan persawahan Kuruboko berada di Desa Nginamanu, Kecamatan Wolomeze. Kawasan tersebut cocok untuk pengembangan IPAT-BO sehingga ada kelompok tani yang ingin mengembangkan dan menanam padi menggunakan teknologi tersebut.
"Saya menyambut baik keinginan petani di Kuruboko dan siap memfasilitasi pertemuan untuk memperkenalkan teknologi tersebut," kata Haning.
Kadis Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ngada, Ir. Awa Maria Simon, melalui Kasi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan, Samuel Kebang, saat ditemui di Bajawa, Senin (7/1/2008), mengatakan, petani di Kuruboko telah menemuinya untuk menyampaikan keinginan mengembangkan teknologi IPAT-BO di Desa Nginamanu. Namun perlu ada pelatihan agar mereka memahami betul-betul teknologi itu. Petani perlu diberitahu cara menanam, menyamai bibit, cara memberikan pupuk dan masalah pengaturan air. Dijelaskan Kebang, tahun 2008 ini pihaknya menyosialisasikan teknologi tersebut kepada semua petani di Ngada.
Perwakilan PT SMS-Jakarta di Kabupaten Ngada, Ny. Eufrasia Lay sebagai agen pupuk ABG yang bekerja sama dengan Pemkab Ngada guna pengembangan teknologi pertanian IPAT-BO, mengatakan, petani di Lindi, Desa Benteng Jawa, Kecamatan Riung Barat telah menemuinya guna mengembangkan teknologi tersebut. Tetapi ia akan memberikan pelatihan terlebih dahulu.
Anggota DPD hadiri penanaman 1.000 pohon
Laporan Aris Ninu, SPIRIT NTT, 14-20 Januari 2008
BAJAWA, SPIRIT--Masyarakat di Kecamatan Soa, Kabupaten Ngada, telah menaman 1.000 anakan pohon, yakni mahoni 600 anakan dan gayan 400 anakan. Penanaman anakan dihadiri anggota DPD RI, Frans Assan, Camat Soa, Yohanes Ngebu, perangkat desa dan para mosalaki (tua adat).
Demikian dikatakan Camat Soa, Yohanes Ngebu melalui Kepala Seksi (Kasi) PMD, Wili Gori, kepada SPIRIT NTT di Kantor Camat Soa, Selasa (8/1/2008).
Gori menjelaskan, penanaman seribu anakan pohon itu sebagai bagian dari keikutsertaan masyarakat mengantisipasi dampak pemanasan global yang dilaksanakan seluruh masyarakat di Indonesia.
Masyarakat Soa menanam anakan mahoni dan gayan di beberapa lokasi, yakni di lokasi kantor camat (300 pohon), lokasi mata air Fura Fuiga, Desa Seso ditanami sebanyak 300 pohon. "Penanaman dilakukan tanggal 14 Desember 2007 lalu," tuturnya.
Sedangkan pelajar SD, SMP dan SMA yang ada di Soa, kata Gori, dibagikan masing-masing 40 anakan gayan untuk ditanami di setiap sekolah. Para pelajar menanam di halaman sekolah dan masing-masing kebun sekolah.
Penanaman pohon yang dilakukan di Kecamatan Soa, tambah Gori, selain untuk mengurangi pemanasan global, juga menumbuhkan kesadaran masyarakat Soa untuk melestarikan lingkungan.
Pantauan SPIRIT NTT di Soa, tanaman mahoni ditanam di sekitar kantor camat sudah mulai tumbuh. Sebelumnya, pejabat lingkup Pemkab Ngada menanam 300 anakan mahoni di Turikisa, Kecamatan Golewa. Penanaman dipimpin Plt Asisten Tata Praja, Drs.Yohanes Isidorus Djawa. Kadishut Ngada, Ir. Benediktus Polo Maing, dalam laporan mengatakan, untuk kecamatan di Ngada penanaman dipimpin para camat masing-masing.
Cuaca buruk, sapi di Ngoranale mati
Laporan Aris Ninu, Spirit NTT 7-13 Januari 2008
BAJAWA, SPIRIT-- Diduga disebabkan cuaca buruk, ernak sapi milik masyarakat di Ngoranale, Kelurahan Susu, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, mati mendadak. Masyarakat menduga ternak sapi-sapi mati karena kedinginan. Ternak yang mati telah dipotong lalu dagingnya dikonsumsi/dimakan. Masyarakat tidak khawatir bahaya penyakit antraks.
Informasi yang diperoleh SPIRIT NTT, di Ngoranale, Kelurahan Susu, ketika memantau bencana angin di wilayah itu menyebutkan, enam ekor sapi milik masyarakat yang tidak dikandangkan itu mati mendadak.
Romanus Rodja, warga Ngoranale ditemui SPIRIT NTT di Ngoranale, Kamis (2/1/2007), mengatakan, ternak sapi yang mati diduga akibat kedinginan setelah hujan angin melanda wilayah tersebut beberapa pekan terakhir. Namun ia menjamin enam ekor sapi itu tidak terserang penyakit antraks atau penyakit aneh lainnya.
Selain sapi, Rodja mengatakan, tanaman jagung dan pisang di kebun milik petani di Ngoranale rusak berat disapu hujan angin. Ia mengkhawatirkan terjadi rawan pangan dan gagal panen dialami petani di Kelurahan Susu. "Jagung dan pisang serta tanaman lainnya rusak dan tidak ada harapan untuk tumbuh" tambah Lasarus Lako, petani di Ngoranale. *
Polisi wajib jaga citra
Laporan Aris Ninu, Spirit NTT 7-13 Januari 2008
BAJAWA, SPIRIT-- Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Ngada, AKBP Sugeng Kurniaji, meminta anggota polisi di daerah itu menjaga citra dengan menjadi panutan masyarakat.
Sugeng mengatakan hal ini ketika memimpin upacara kenaikan pangkat 79 anggota polres setempat di Lapangan Mapolres Ngada, Senin (31/12/2007) pagi. Pada acara serupa, Sugeng melantik 12 anggota magang di Polres Ngada menjadi penyidik.
Pantauan SPIRIT NTT di Markas Polres (Mapolres) Ngada, Senin (31/12/2007), upacara kenaikan pangkat dan pelepasan tanda magang diikuti anggota Polres Ngada. Hadir ibu-ibu anggota Bhayangkari dan anggota polisi yang bertugas di Kabupaten Nagekeo.
Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Ngada, AKBP Sugeng Kurniaji, melepas pangkat lama dan memasang pangkat baru kepada perwakilan yang naik pangkat.
Wakapolres Ngada, Ajun Komisaris Polisi (AKP) Bambang K naik pangkat menjadi Komisaris Polisi (Kompol) dan Kasat Intelkam Polres Ngada, Iptu Tri Joko Biyantoro naik pangkat menjadi Ajun Komisaris Polisi (AKP) dan perwakilan anggota yang naik pangkat.
Kapolres Ngada, AKBP Sugeng Kurniaji menegaskan, kenaikkan pangkat adalah sebuah tantangan bagi semua anggota Polri dalam melaksanakan tugas kepada masyarakat.
Dengan kenaikkan pangkat tugas dan tanggungjawab yang dipikul semakin berat. "Dulu naik pangkat ditentukan oleh orang lain. Sekarang ini naik pangkat ditentukan oleh diri sendiri dan bukan ditentukan orang lain. Diri kita yang menentukan kita naik pangkat atau tidak. Naik pangkat itu hak tapi tidak bisa diambil dan diterima begitu saja," kata Sugeng.
Usai upacara kenaikkan pangkat dan pelepasan tanda magang dilakukan acara ramah-tamah. *
Satpol PP Ngada belum maksimal tegakkan Perda
Laporan Aris Ninu, Spirit NTT 7-13 Januari 2008
BAJAWA, SPIRIT-- Aparat Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) di Kabupaten Ngada belum berperan maksimal sesuai fungsinya untuk menegakkan peraturan daerah (perda) yang telah ditetapkan pemerintah. Indikasinya, masih banyak pegawai negeri sipil (PNS) yang belum ditertibkan jika tidak berada di kantor.
Selain itu, para pelajar SD, SMP dan SMA di Kota Bajawa masih banyak berkeliaran pada jam belajar dan nongkrong di kawasan pertokoan dan di Pasar Bajawa serta tempat umum lainnya.
Penilaian ini disampaikan Pimpinan DPRD Ngada, Yoseph Soladopo, kepada SPIRIT NTT di Kota Bajawa, belum lama ini. Soladopo berharap Satpol PP Ngada bisa lebih menunjukkan perannya dan juga bisa melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam menegakan peraturan daerah yang ada.
Soladopo menegaskan, pihaknya telah meminta Satpol PP agar berperan dalam menertibkan PNS yang sering bolos dan anak sekolah yang sering tidak ke sekolah dan berkeliaran di pasar, pertokoan dan tempat umum lainnya.
"Kami sudah merekomendasi hal yang cukup banyak kepada pemerintah agar Pol PP di Ngada dapat menunjukkan fungsi dan perannya sebagai penegak aturan di Ngada. PNS dan anak sekolah selama ini belum ditertibkan Satpol PP. Kami mengharapkan dengan adanya Kepala Satpol PP yang baru yang juga mantan Camat Riung Barat, Petrus Marsianus Sabe, S.H, agar bisa lebih mendinamisasi lembaga ini agar dapat peranan sebagai tupoksinya," kata Soladopo.
Pantauan SPIRIT NTT di Kota Bajawa, terutama di lokasi seperti Pasar Bajawa, tempat pertokoan dan tempat umum lainnya dalam beberapa pekan terakhir, tempat-tempat strategis ini sering jadi tempat mangkal anak sekolah. Namun, keberadaan anak sekolah yang harus berada di dalam kelas belum ditertibkan Satpol PP.
Ada juga PNS pada jam kantor sering ke pasar pakai pakaian dinas dan tidak berada di kantor untuk melaksanakan tugas pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. *
Ditindak, warga berkebun di lereng gunung
Laporan Aris Ninu, Spirit NTT 7-13 Januari 2008

BAJAWA, SPIRIT--Bupati Ngada, Drs. Piet Jos Nuwa Wea, meminta aparat dinas kehutanan setempat agar menindak tegas warga yang membuka lahan di lereng gunung untuk berkebun. Sebab, tindakan warga itu memicu banjir dan tanah longsor.
"Perbuatan itu hanya untuk mengundang banjir dan bencana lainnya," kata Bupati Nuwa Wea, pekan lalu, menanggapi tindakan warga setempat menanam padi dan jagung di lereng gunung. Umumnya tanah milik petani di daerah yang rata telah dijadikan lahan perkebunan yang ditanami kopi, kakao, cengkeh dan vanili.
Pemandangan ini terlihat di kawasan lereng gunung Jerebuu. Di kawasan ini hampir semua kawasan lereng gunung telah ditanami padi dan jagung. Sejumlah petani mengaku terpaksa memilih lereng gunung karena tanah milik mereka sudah rimbun ditumbuhi tanaman perdagangan.
Pantauan SPIRIT NTT di Dona, Desa Naruwolo, Kecamatan Jerebuu, Jumat (4/1/2008) siang, kawasan lereng gunung terlihat gundul karena hanya ditanami padi, jagung dan kacang-kacangan. Dikhawatirkan bakal terjadi banjir karena jenis tanaman itu tidak menyerap air.
Staf Dinas Kehutanan Ngada yang ditemui SPIRIT NTT di Jerubuu, menjelaskan, tanaman yang seharusnya ditanam dan tumbuh di kawasan gunung dan bukit adalah tanaman keras yang tahan banjir. Tanaman yang ditanam petani Jerubuu adalah tanamam semusim seperti jagung dan kacangan sehingga rawan longsor dan bencana. Diakui, Kecamatan Jerubuu adalah daerah yang memiliki kawasan pemukiman dan kebun yang berada di lereng gunung.
Disaksikan SPIRIT NTT mulai dari Desa Tiworiwu hingga ke Desa Naruwolo A dan Naruwolo B, kawasan gunung telah berubah menjadi lahan pertanian. Kadishut Ngada, Ir. Benediktus Polo Maing, mengatakan, pihaknya telah mengeluarkan imbauan agar kawasan gunung jangan dijadikan kebun. Namun imbauan itu, katanya, belum diindahkan dan pihaknya akan melakukan pendekatan untuk memberikan masukan kepada para petani akan bahaya berkebun di kawasan gunung.
44.763 Ton mete Aimere diekspor ke Vietnam
Laporan Aris Ninu, Spirit NTT, 31 Desember 2007- 6 Januari 2008
BAJAWA, SPIRIT-- Sejak November 2007, 44.763 ton jambu mete gelondogan dari lima desa di Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada, diekspor ke Vietnam melalui seorang pengusaha di Surabaya, Jawa Timur.
Volume mete yang diantarpulaukan melalui Pelabuhan Labuan Bajo di Manggarai Barat ke Surabaya untuk ekspor sebanyak 44.763 ton. Dalam jual beli komoditi itu, para petani yang tergabung dalam Koperasi Karya Bersama, menjualnya dengan harga Rp 7.930,00/kg.
Hal itu dikatakan Kepala Dinas Perkebunan Ngada, Gerardus Mango, melalui Kasubdin Usaha Tani, Hengky Djawaluna, ketika ditemui SPIRIT NTT di kantornya, Rabu (19/12/2007). Saat itu Djawaluna didampingi Ketua Koperasi Karya Bersama petani mete Aimere, Yohanes Lape Boro.
Dia mengatakan, pada Oktober 2007, seorang pengusaha mente bernama Diana Damayanti dari CV Wahana Lintas Niaga Surabaya, datang ke Desa Aimere Timur guna melihat potensi mete yang ada di desa itu.
Dalam kunjungannya itu, Damayanti langsung menemui para petani yang tergabung dalam koperasi. Pertemuan itu menghasilkan kesepakatan, dimana pengusaha bersedia membeli mete para petani dengan harga Rp 7.930,00/kg dan dibawa ke Surabaya lalu diekspor ke Vietnam.
Sekembali dari Kabupaten Ngada, kata Djawaluna, pengusaha tersebut langsung mendapat mete yang dikirim petani Aimere, pada 20 Oktober 2007. Saat itu, volume yang diantarpulaukan itu sebanyak 160.820 ton.
Pada 9 November 2007, lanjut dia, para petani mengirim lagi mete sebanyak 14.720 ton. Dan, ketiga, pada 8 Desember 2007 dikirim lagi mete sebanyak 13.962 ton. Jadi, volume hasil pertanian yang telah dikirim ke Vietnam melalui pengusaha itu sejumlah 44.763 ton mete gelondongan. *
"Kami bersyukur"
KETUA Koperasi Karya Bersama Petani Mete, Yohanes Lape Boro, kepada SPIRIT NTT menjelaskan, para petani yang mengirim mete gelondongan ke Surabaya, adalah mereka yang berdomisili di Desa Keligejo, Aimere Timur, Kelitey, Waebela dan Kelurahan Foa.
"Jadi, lima desa ini sebagai penghasil mete. Dan, biji mete itu dikirim ke Surabaya untuk selanjutnya diekspor ke Vietnam. Koperasi mete telah terbentuk sejak tahun 2003/2004 dan baru kali ini bekerja sama dengan pengusaha Surabaya mengirim mete ini. Kami juga bersyukur karena mete yang dibeli seharga Rp 7.930,00/kg," ujar Boro, yang juga Kepala Desa (Kades) Aimere Timur ini.
Dijelaskannya, dengan kerja sama tersebut harga jambu mete tidak terlalu berfluktuasi. Malah, kerja sama itu membawa dampak positif, yakni petani selalu menjual mete ke koperasi untuk selanjutnya dibawa ke Surabaya. "Yang saya lihat selama ini, ada perubahan yang luar biasa dalam harga mete di Aimere. Makanya, kami akan perluas anggota koperasi ke desa-desa lain di Kecamatan Aimere Timur," kata Yohanes. *)
Eksploitasi panas bumi Mataloko
Spirit NTT, 8-15 Oktober 2007
KUPANG, SPIRIT--PT (Persero) Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengupayakan eksploitasi panas bumi di Mataloko, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada, segera terealisasi akhir tahun ini.
"Kami akan berkoordinasi dengan pihak yang mengurus sumur untuk eksploitasi listrik geothermal itu untuk membenahi persoalan di lapangan. Nampaknya ada masalah pada sistem injeksi sehingga belum bisa menghasilkan uap," kata Direktur Utama PT PLN, Eddy Widiono, di Kupang, Sabtu (6/10/2007), sebelum bertolak ke Jakarta untuk mengakhiri Safari Ramadhan PT PLN di wilayah NTT.
Ia mengatakan, PLN Wilayah NTT terus mengkaji berbagai kemungkinan yang dapat menghambat proses eksploitasi panas bumi Mataloko agar pemanfaatan listrik geothermal itu dapat terlaksana paling lambat akhir tahun 2007 sesuai target Direktorat Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM).
Sesuai perencanaan awal, penyediaan pembangkit listrik tanggungjawab PLN sementara teknis pengoperasian sumur injeksi merupakan kompetensi DESDM.
Tahapan konstruksi pembangkit listrik sudah dilakukan dalam tahun anggaran 2005-2006 berupa pemasangan dua unit pembangkit berkekuatan 2,5 MW (2 x 2,5 MW). Potensi geothermal di Mataloko 100-150 Mega Watt (MW).
"Pembangkit listrik geothermal yang menjadi tanggungjawab PLN sudah tersedia dan tidak ada masalah. Kendala di lapangan berkaitan dengan pengoperasian sumur injeksi yang bukan kompetensi PLN sehingga perlu dikoordinasikan guna menuntaskan kendala tersebut," ujar Widiono.
PT PLN, tambahnya, bersedia mengupayakan tambahan dana jika dibutuhkan untuk mempercepat realisasi pemanfaatan panas bumi Mataloko itu karena pada dasarnya manajemen PLN membutuhkan listrik untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Ulumbu
Proyek pemanfaatan panas bumi di Ulumbu dilaksanakan sejak tahun 1990-an dengan dukungan dana yang bersumber dari APBN. Saat ini, sudah ada dua sumur produksi disertai satu sumur reinjeksi dengan nilai investasi sejak awal hingga tahapan produksi yang direncanakan tahun ini, diperkirakan mencapai Rp 23 miliar.
Potensi panas bumi di Mataloko merupakan satu dari 20 titik panas bumi di wilayah NTT yang sudah diekplorasi. Satu titik panas bumi lainnya yang juga sudah dieksplorasi bersamaan dengan Mataloko yakni Ulumbu di Kabupaten Manggarai.
Pengeboran panas bumi Ulumbu yang didanai Bank Pembangunan Asia (ADB) dalam bentuk loan, telah menghasilkan tiga sumur produksi dan satu sumur reinjeksi dan telah diujicoba yang menghasilkan produksi listrik 5,1 MW.
Widiono mengatakan, proyek Ulumbu sebenarnya sudah dilakukan pada Agustus 1994, sebagai proyek percontohan yang dikembangkan PLN untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTPB) skala kecil guna melayani masyarakat terpencil di daerah pedesaan.
Namun, pada Oktober 1995, dua sumur yang berhasil dibor ditutup kembali dan baru dibenahi kembali pada tahun 2003-2004, tetapi baru satu sumur sehingga sumur yang satu lagi juga harus direhabilitasi.
Hasil uji 'long term' pada 9 September 2004 diketahui tekanan kepala sumur ialah 28 barg ketika sumur dibuka 25 persen. Sementara laju uap air (flow rate) 54,61 ton per jam atau ekuivalen dengan daya listrik sebesar lebih kurang 6 MW.
"Ulumbu memiliki potensi geothermal 100-150 MW, namun sumur produksinya masih harus direhabilitasi. Mudah-mudahan tahun 2008 dapat dieksploitasi," ujar Widiono. (antara)
Seminari Mataloko memperkokoh tradisi humaniora
Spirit NTT, 8-15 Oktober 2007
TANGGAL 15 September 2004, Seminari Santo Yohanes Berkhmas Todabelu di Mataloko, Ngada, genap berusia 75 tahun. Usia tiga perempat abad itu terhitung sejak sekolah diberkati pendiriannya oleh Uskup Kepulauan Sunda Kecil, Mgr Arnold Vestraelen, SVD di Todabelu (Mataloko) 1929.
Sekolah berpelindung St. Yohanes Berkhmans ini sebenarnya adalah relokasi dari tempat awalnya di Kampung Sikka (kini dalam wilayah Kabupaten Sikka, Flores). Dengan lima siswa awalnya, lembaga pendidikan khusus calon imam Katolik ini telah resmi berdiri di Sikka, 2 Februari 1926.
Untuk mempersiapkan perayaan 75 tahun itu Romo Bernadus Sebho, Pr, Rektor Seminari Todabelu saat itu, mulai dengan menghimpun alumninya. Termasuk 368 orang yang terpanggil menjadi imam, 13 di antaranya menjadi uskup.
Kelompok terakhir ini adalah Mgr. Gabriel Manek, Mgr. Paulus Sani Kleden, Mgr. Gregorius Menteiro, Mgr. Donatus Djagom, Mgr. Vitalis Djebarus, Mgr. Darius Nggawa, Mgr. Isaak Doera, dan Mgr. Antonius Pain Ratu. Lainnya adalah Mgr. Eduardus Sangsun, Mgr. Hilarius Moa Nurak, Mgr. G Khaerubim Pareira, Mgr. Michael Angkur, dan Mgr. Abdon Longinus da Cunha.
Romo Bernadus berharap agar alumni berkenan hadir pada acara HUT almamaternya ke-75 itu. Tentu juga harapan pada alumni yang kemudian sukses berkiprah di luar altar gereja, antara lain Dr. Daniel Dhakidae dan Frans Meak Parera (di Jakarta), serta Valens Goa Doy (alm).
Di Jakarta sejumlah alumni Seminari Todabelu punya kesibukan sendiri. "Alumni di Jakarta di bawah koordinasi Pak Frans Meak Parera dan Pak Daniel Dhakidae merampungkan buku khusus menangkap momentum 75 tahun Seminari St Berkhmans Todabelu," ujar Romo Bernadus Sebho, Pr.
Saat itu, Bernadus Sebho belum memperoleh gambaran jelas perihal buku yang sedang digarap di Jakarta itu. Namun, ia memastikan isi buku itu dalam bentuk bunga rampai. "Kita tunggu saja, mudah-mudahan isi buku menjadi masukan berharga untuk pengembangan Seminari Todabelu ke depan," tuturnya.
Sementara Seminari Menengah Todabelu sendiri juga dengan kesibukan serupa. Romo Johanes Songkares Pr, salah seorang pengajar sekolah calon imam itu, hingga pekan kedua Juli sedang larut dalam kesibukan merampungkan penulisan buku sejarah sekolah ini.
"Saya sangat berterima kasih atas bantuan buku yang kebetulan sangat dibutuhkan mendukung tulisan sejarah sekolah ini," ungkapnya di Mataloko.
Buku yang dimaksud adalah Sastra Indonesia dalam Enam Pertanyaan: Esai-esai Sastra dan Budaya (Ignas Kleden, Juni 2004). Johanes Songkares yang akrab disapa Romo Nani mengaku sangat membutuhkan buku karya doktor sosiologi dari Universitas Bielefeld (Jerman) itu. "Saya membutuhkan gambaran lebih konkret perihal kurikulum sekolah seminari yang disebut-sebut mirip gymnasium di Eropa," jelasnya.
Ignas Kleden yang kini mengajar pada program S2 dan S3 Jurusan Komunikasi FISIP UI dan program S2 Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara adalah alumni Seminari Menengah San Dominggo Hokeng di Kabupaten Flores Timur (Flotim), ujung timur Pulau Flores. Hokeng sendiri berlokasi sekitar 60 kilometer barat Larantuka, kota Kabupaten Flotim.
Buku itu antara lain melukiskan pendidikan di lingkungan seminari merupakan masa latihan dan studi yang intensif. Separuh pendidikannya berorientasi kepada gymnasium di Eropa dan separuh lainnya mengikuti ketetapan pendidikan nasional Indonesia.
Yang khusus dipelajari di seminari adalah bahasa Latin yang memakan porsi terbesar, enam kali dalam seminggu. Menyusul olahraga dan musik. Sementara bahasa Indonesia empat kali seminggu, namun pelajaran sastra tidak mendapat perhatian secukupnya.
Tentang hal yang sama, Sindhunata (Humanisme dan Kebebasan Pers, 2001) menggambarkan melalui kurikulum yang mirip gymnasium, murid-murid diajak masuk ke dalam alam pikiran klasik. Lalu mendalami sastra klasik entah Latin, Yunani, Caesar, Cicero, Horatius atau Ovidius. Mengutip secara acak, katanya, pengalaman dan pendidikan yang kental dengan tradisi humaniora seperti itu selanjutnya melahirkan pandangan yang humanis.
Tercakup di dalamnya adalah pencerdasan dan pencerahan akal budi, pergulatan suara hati, peradaban dan pembangunan kebudayaan.
***
MATALOKO, termasuk Seminari Todabelu, letaknya sekitar 19 kilometer timur Bajawa, Kota Kabupaten Ngada di Flores. Kawasan ini dikenal berhawa sejuk. Keseharian kawasannya tidak jarang berselimut kabut. Maklum saja karena letaknya di daerah ketinggian- sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut.
Kondisi itu secara tidak langsung mengharuskan penduduknya selalu berselimut tebal ditambah penutup kepala ala ninja yang lazim disebut "topi dingin" oleh masyarakat setempat. Topi ala ninja itu antara lain selalu dikenakan di kepala Romo Nani.
Ketika dikunjungi, kompleks sekolah riuh terutama melalui salah satu gerbang masuk di sebelah timurnya. Suasana itu bersumber dari kesibukan para siswa yang baru kembali ke sekolah setelah sekitar dua minggu liburan.
Para siswa tidak langsung masuk asrama yang juga dalam kompleks. Mereka harus menyelesaikan berbagai kewajiban seperti biaya asrama, uang sekolah dan lainnya melalui petugas khusus yang telah menunggu. Selanjutnya dengan kupon yang diperoleh, baru diperbolehkan masuk asrama. "Kompleks sekolah terasa sangat sepi selama siswa liburan," kata Romo Alex Dae, guru Bahasa Indonesia Seminari Todabelu.
Seperti sekolah sejenisnya di Flores: Seminari Kisol (Manggarai) atau Seminari Hokeng di Flotim, siswa Seminari Todabelu tidak hanya dari Kabupaten Ngada. Mereka berasal dari seluruh pelosok NTT, bahkan dari Pulau Jawa, Irian Jaya, dan daerah lainnya. "Kalau suasana dan kompleksnya mendukung seperti ini, pantas saja selalu memungkinkan siswa untuk tekun belajar," kata Kepala Dinas Pendidikan Nasional Timika (Irian Jaya), Aloyisius You, spontan ketika mengantar putranya masuk Seminari Todabelu.
Kompleks Seminari Todabelu didukung lahan seluas kurang lebih 70 hektar. Di antaranya 10 hektar khusus untuk persekolahan lengkap dengan berbagai fasilitas pendukungnya dari sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) hingga sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA).
Sementara 60 hektar lainnya adalah lahan yang disediakan untuk perkebunan ditanami berbagai jenis buahan, jagung, kopi, cengkih, vanili, dan berbagai jenis tanaman lainnya. "Hasil dari lahan kebun ini diandalkan untuk memenuhi kebutuhan sekolah," tambah Romo Nani.
Sebenarnya kurikulum pendidikan di Seminari Todabelu tidak jauh beda dengan kurikulum yang diterapkan di Seminari Menengah "Pius 12" Kisol (Manggarai), Seminari San Dominggo Hokeng (Flotim) atau sekolah khusus sejenis lainnya. (kcm)
Warga Ria swadaya bangun polindes
Laporan Aris Ninu, Spirit NTT, 8-15 Oktober 2007
RIUNG BARAT, SPIRIT-- Poliklinik Desa (Polindes) di Desa Persiapan Ria I, Kecamatan Riung Barat hingga saat ini belum ada tenaga medis untuk untuk melayani pasien. Sementara masyarakat secara swadaya telah membangun polindes sejak beberapa waktu lalu agar bisa melayani pasien atau masyarakat yang menderita sakit. Masyarakat setempat berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ngada melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat dapat menugaskan tenaga kesehatan untuk melayani masyarakat di polindes itu. Heribertus Degor, tokoh masyarakat Desa Persiapan Ria 1, menyampaikan masalah itu kepada Bupati Ngada, Drs. Piet Nuwa Wea, saat berkunjung ke Riung Barat, beberapa waktu lalu. Degor mengatakan, masyarakat pada tahun 2006 lalu secara swadaya dan bantuan dana program pengembangan kecamatan (PPK) mengerjakan polindes dan berdiri megah di perkampungan itu. Namun, hingga kini belum ada tenaga medis yang melayani di polindes tersebut. Senada dengan Degor, Hendrikus Mada, tokoh Maronggela, mengharapkan perhatian pemerintah agar Polindes Ria 1 pada tahun 2007 ini bisa ditempatkan tenaga kesehatan. Dengan demikian masyarakat bisa terlayani kesehatannya bila sakit. Bupati Ngada, Drs. Piet Nuwa Wea, menjawab permintaan warga menegaskan, pihaknya akan menindaklanjuti keluhan masalah kesehatan dengan menempatkan tenaga medis di Desa Persiapan Ria I. Bupati Nuwa Wea pun memerintahkan Plt Kadis Kesehatan Ngada, Ny. Hildegardis Bhoko, SKM, agar memperhatikan keluhan masyarakat ini.
Pantauan SPIRIT NTT di Ria I, telah berdiri megah Polindes Ria 1 di tengah perkampungan atau berada di samping Kantor Desa Persiapan Ria 1 dan Kantor BPD, serta Kapela Jesus,Yosef dan Maria. *
DPRD Ngada bahas lima ranperda
Laporan Aris Ninu, Spirit NTT, 8-15 Oktober 2007
BAJAWA, SPIRIT-- Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Ngada, Selasa (25/9/2007) lalu, menggelar sidang perubahan anggaran dan membahas lima rancangan peraturan daerah (ranperda).
Sidang Dewan yang dihadiri Wakil Bupati (Wabup) Ngada, Niko Dopo, ST, itu dibuka Ketua DPRD Ngada, Thomas Dola Radho. Dalam sambutannya, Dola Radho mengatakan, dalam rapat perubahan anggaran ini pihaknya membahas lima rancangan peraturan daerah (Ranperda) yang diajukan eksekutif dari Bagian Pemdes. Lima ranperda itu mengenai pemerintahan desa, peningkatan desa persiapan ke desa definitif dan ranperda tentang pedesaan.
Sementara dalam pengantar nota keuangan bupati menyebutkan alokasi APBD Ngada tahun 2007 untuk membiayai sembilan program pembangunan dan lima prioritas pembangunan daerah tahun 2007 perlu ada pergeseran prioritas pembangunan daerah. Menyikapi itu, pemerintah membutuhkan dana untuk melaksanakan semua kebutuhan masyarakat.
Hadir Kapolres Ngada, AKBP Sugeng Kurniaji, Ketua PN Bajawa, Martinus Bala, S.H, Dandim 1625 Ngada, Letkol CZI Suparjo, Sekda Ngada, Drs. Simon David Bolla, pimpinan SKPD lingkup Setda Ngada. *
LIMA RANPERDA YANG DIBAHAS
* Pedoman pembentukan dan tata kerja pemerintahan desa.
* Pedoman pembentukan dan mekanisme penyusunan perdes
* Pembentukan, penghapusan dan penggabungan desa.
* Pembentukan, penghapusan, penggabungan kelurahan dan perubahan status desa menjadi kelurahan
* Peningkatan status Desa Persiapan Lengkosambi Timur, Lengkosambi Barat (Kecamatan Riung), Borani, Langa Gedha, Naruwolo I, Naruwolo II (Kecamatan Bajawa), Nabelena (Bajawa Utara) dan Ria I (Kecamatan Riung Barat) menjadi desa definitif.
35 Lulusan Politani diwisuda
Laporan Aris Ninu, Spirit NTT, 8-15 Oktober 2007
BOAWAE, SPIRIT--Ketua Yayasan Santania, Joseph Willem Lea Wea, minta lulusan Politani Boawae agar menjadi penyuluh pertanian yang baik setelah berada di masyarakat, termasuk saat bekerja di instansi pemerintahan dan swasta.
"Tunjukkan kemampuan Anda dan prestasi yang dimiliki kepada masyarakat agar dapat bekerja secara profesional dan bersaing di dunia usaha. Anda harus mempersiapkan diri menghadapi persaingan pada era sekarang ini," kata Joseph dalam acara wisuda Politani St. Wilhelmus, Boawae di Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo, Rabu (3/10/2007).
Hadir antara lain Penjabat Bupati Nagekeo, Drs. Elias Djo, Ketua DPRD Ngada, Thomas Dola Radho, Sekab Nagekeo, Elpin Parera, anggota DPRD Ngada dan Nagekeo, Camat Boawae, Drs. Imanuel Ndun serta undangan.
Ketua Seksi Publikasi dan Dokumentasi Wisuda Politani Boawae, Yosef Arifin, S.Pt, di sela-sela acara wisuda, menjelaskan 35 wisudawan/ti berasal dari empat program studi, yakni Program Studi (Prodi) Peternakan 21orang, Prodi Manajemen Pertanian Lahan Kering (MPLK) 5 orang, Prodi Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) 6 orang dan Prodi Akuntansi 3 orang.
Pada tahun 2006, kata Arifin, Politani Boawae telah mewisuda 51 sarjana muda. Total wisudawan/ti angkatan I dan II sebanyak 86 sarjana muda.
Sementara malam hari panitia menghibur masyarakat Boawae di Lapangan Pancasila Boawae menampilkan Romy Band, grup band dari Kecamatan Nangaroro.
Dia menjelaskan, dalam wisuda kali ini juga dilakukan serah terima Direktur Politani St. Wilhelmus Boawae dari Patrius Djena kepada Edelbertus Witu, S.S, yang sebelumnya menjabat Sekretaris Santania. Pelantikan dilakukan Ketua Yayasan Santania, Joseph Willem Lea Wea. Patrisius telah memegang jabatan direktur selama dua tahun dan dilanjutkan Edelbertus.
Dalam wisuda, Dosen Politani Boawae, Frederikus Lena Djago, S.E, M.M membawakan orasi ilmiah berjudul "Analisa Faktor Pengembangan Agribisnis di Nagekeo." *
Bolla resmikan delapan desa definitif
Laporan Aris Ninu, Spirit NTT 24-31 Desember 2007
BAJAWA, SPIRIT -- Sekretaris Kabuaten (Sekab) Ngada, Drs. Simon David Bolla mewakili Bupati Ngada, Drs. Piet Nuwa Wea, meresmikan delapan desa definitif yang ada di empat kecamatan.
Dengan peresmian ini, maka jumlah desa di Ngada menjadi 78 desa, dan 16 kelurahan. Selain peresmian desa definif, juga diresmikan empat desa persiapan di Ngada. Data yang diperoleh dari Humas Setda Ngada, Senin (17/12/2007), menyebutkan, delapan desa yang diresmikan berada di Kecamatan Riung, yakni desa yang mekar dari Desa Lengkosambi menjadi Desa Lengkosambi Barat dan Lengkosambi Timur.
Selain itu, di wilayah Kecamatan Riung Barat dimekarkan Desa Ria menjadi Desa Ria 1. Di Kecamatan Bajawa dilakukan pemekaran Desa Bomari menjadi Desa Langa Gedha dan Borani. Di Kecamatan Jerubuu, dimekarkan Desa Naruwolo menjadi Desa Naruwolo I dan Desa Naruwolo II.
Camat Bajawa, Gregorius Goty, yang ditemui usai acara peresmian, Senin (17/12/207), mengatakan, pemekaran desa di wilayahnya telah melewati tahapan dan sesuai ketentuan.
"Untuk kecamatan ini, Desa Bomari dimekarkan menjadi dua desa dan Kelurahan Faobata ingin mekar menjadi dua desa yang kini sudah menjadi desa persiapan," katanya.
Data tentang jumlah desa yang diperoleh SPIRIT NTT dari Bagian Pemdes Setda Ngada menjelaskan, desa persiapan menjadi desa defenitif ditetapkan melalui Perda Nomor 11 Tahun 2007 tanggal 27 Oktober 2007. *



Tentara dan napi bersihkan jalan utama di Bajawa
Laporan Aris Ninu, Spirit NTT 24-31 Desember 2007
BAJAWA, SPIRIT--Memeriahkan Hari Juang Kartika atau Hari Angkatan Darat (AD), anggota Kodim 1625 Ngada dan anggota nara pidana (Napi) membersihkan jalan utama di Kota Bajawa dan mendonorkan darahnya ke RSUD Bajawa, Senin (17/12/2007) siang. Donor darah bersama anggota polri yang berlangsung di Aula Makodim 1625 Ngada dipimpin Dandim 1625 Ngada, Letkol (Arm) I Made Sukarwa.
Disaksikan SPIRIT NTT di Aula Makodim 1625 Ngada, Senin (17/12/2007) siang, Dandim Ngada menyaksikan jalannya kegiatan donor yang dilakukan petugas dari RSUD Bajawa. Para perwira, anggota Kodim Ngada dan Polres Ngada diperiksa dan bagi yang sehat darahnya diambil petugas.
Polres Ngada mengirim 11 orang anggota ke Kodim guna mengikuti donor darah. Sedang Kodim Ngada sebanyak 10 orang yang darahnya langsung diambil. Total darah yang disumbangkan ke RSUD Bajawa, 10 kantong yakni darah O 6 kantong, darah B 2 dan darah A masing-masing 2 kantong. Jumlah itu belum termasuk dari Polres Ngada.
Dandim 1625 Ngada, Letkol (Arm) I Made Sukarwa, di sela-sela kegiatan donor darah mengatakan, pihaknya memberikan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat Kabupaten Ngada dan Nagekeo yang membutuhkan darah, jika dalam keadaan sakit. "Kita lakukan kegiatan ini dalam rangka Hari Juang Kartika, harinya angkatan darat, makanya kami menggelar donor darah," kata Sukarwa.
Bantuan darah yang diberikan anggota TNI dan Polres Ngada, kata Sukarwa, adalah sebagai bentuk kecintaan TNI dan Polri terhadap masyarakat Kabupaten Ngada dan Nagekeo, terutama bagi mereka yang membutuhkan. *
Teknologi intensifikasi padi diperkenalkan di Ngada
Laporan Aris Ninu, Spirit NTT 24-31 Desember 2007
BAJAWA, SPIRIT--Teknologi intensifikasi padi aerob terkendali berbasis organik (IPAT-BO) diperkenalkan kepada para petani di Ngada oleh dua pakar pertanian di Indonesia, Prof. Dr. Ir. Tualar Simarmata, MS, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, dan Dr. Lukito, Asisten Deputi Ilmu Hayati Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) RI.
Dalam penjelasan di hadapan para petani dan pemerhati pertanian dia Aula Setda Ngada, Selasa (18/12/2007), kedua pakar ini mengatakan, IPAT-BO merupakan sistem produksi terpadu yang hemat air, bibit dan pupuk organik dengan menitikberatkan pemanfaatan kekuatan biologis pertanian. Perkenalan teknologi pertanian dalam bentuk semiloka itu, dibuka Bupati Ngada, Drs. Piet Jos Nuwa Wea diwakili Sekda Ngada, Drs. Simon David Bolla.
Seperti disaksikan SPIRIT NTT, para peserta adalah para petani, camat di Ngada, pimpinan SKPD di Ngada, pemerhati masalah pertanian dan semua pihak yang peduli terhadap masalah pertanian. Mereka antusias mendengar penjelasan soal pemanfaatan teknologi pertanian yang selama ini belum pernah diperkenalkan pihak lain.
Dalam laporan panitia penyelenggara disebutkan, produksi padi di Ngada berkisar 4-5 ton/ha. Padalah peluang peningkatan sampai 8 ton/ha sehingga masih memungkinkan untuk diterapkan IPAT-BO.
Pemerintah berupaya melakukan terobosan-terobosan dengan penerapan teknologi yang tepat guna membangun kemandirian dan ketahanan pangan. Salah satu upaya, yakni melakukan penerapan teknologi IPAT-BO hasil kajian Prof. Simarmata guru besar di Unpad Bandung yang didukung oleh Menristek RI dan PT Satu Mitra Sejati (SMS) Jakarta.
Kehadiran pakar pertanian di Ngada ini berawal dari kunjungan Bupati Ngada yang melihat lokasi kaji terap teknologi IPAT-BO di Sumedang, Jawa Barat, pada tanggal 13 April 2007, diikuti dengan kunjungan Kadis Pertanian Tanaman Pangan Ngada, Camat Bajawa Utara dan Camat Mauponggo.
Semiloka itu memperkenalkan penerapan teknologi IPAT-BO pada petani di Ngada dan mempercepat alih teknologi guna peningkatan produksi padi. Selain itu, menjalin kerja sama Pemkab Ngada, Unpad Bandung, Menristek dan PT SMS Jakarta.
Bupati Ngada dalam sambutan tertulis yang dibacakan Sekda Simon David Bolla, mengatakan, pemerintah berkeinginan meningkatkan produksi pertanian menjadi 10 sampai 15 ton/ha dengan menerapkan teknologi IPAT-BO.
Usai semiloka langsung ditandatangani Memorandum of Understanding (MoU) antara Pemkab Ngada dengan Unpad Bandung, Menristek dan PT SMS Jakarta. PT SMS juga melakukan kerja sama dengan Kelompok Petani Maerera di Zeu, Desa Were III, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada yang sudah melakukan uji coba teknologi IPAT-BO di lahan seluas 12.6 ha. Penandatangan MoU dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh dua pakar. Usai pemaparan para pakar langsung melakukan praktek di persawahan Zeu tentang IPAT-BO.*
Warga Naru beralih jadi penambang pasir
Laporan Aris Ninu, Spirit NTT 24-31 Desember 2007
BAJAWA, SPIRIT--Tiga ratus delapan puluh kepala keluarga (KK) di Desa Naru, Kecamatan Soa, Kabupaten Ngada, kekurangan lahan pertanian untuk bercocok tanam. Kekurangan lahan ini disebabkan banyak kawasan di desa itu ditetapkan sebagai kawasan cagar alam. Banyak petani di desa itu akhirnya beralih sebagai penambang pasir di Naru untuk menghidupi keluarganya.
Kepala Desa (Kades) Naru, Kornelis Yakobus Suka, melalui Kepala Seksi (Kasi) Pembangunan, Philipus Nono, kepada SPIRIT NTT di Kantor Desa Naru, di ruas Jalan Bajawa-Riung, Jumat (14/12/2007), menjelaskan, banyak petani di Naru berprofesi ganda sebagai petani dan penambang pasir.
Menurut Nono, masyarakat tidak memiliki lahan pertanian untuk berkebun karena di desa ini banyak kawasan yang ditetapkan pemerintah sebagai kawasan cagar alam.
Terhadap kekurangan lahan itu, pihaknya telah mendekati instansi yang mengurus kawasan cagar alam yakni Kepala Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) di Ngada agar bisa memberikan kemudahan bagi petani di Naru untuk bisa bercocok taman di daerah cagar alam.
"Pihak desa dan masyarakat pernah bertemu pihak yang mengurus kawasan cagar alam agar petani di Naru bisa bercocok tanam di sekitar lokasi cagar alam. Masyarakat yang bercocok tanam di sekitar cagar alam menjamin bahwa mereka akan menanam tanaman penahan banjir. Di lokasi cagar alam yang ada kebun masyarakat telah menanam bambu, dadar dan pohon yang bisa menahan banjir," kata Nono.
Dijelaskannya, kekurangan lahan pertanian di Desa Naru menyebabkan pula beberapa warga yang terpaksa menjadi tukang ojek dan penambang pasir.
"Semua dilakukan masyarakat guna membantu ekonomi keluarga karena ketiadaan lahan pertanian," kata Nono.
Pantauan SPIRIT NTT di Naru, kawasan cagar alam yang berada di sepanjang ruas jalan Bajawa-Riung terdapat kebun milik masyarakat. Ada tanaman jagung dan kopi milik masyarakat Naru. Desa ini dihuni 380 kepala keluarga atau 1.896 jiwa. Semua warga berprofesi sebagai petani. *
Wawomudha belum didandani guna meraup rupiah
Laporan Aris Ninu, Spirit NTT 3-10 Desember 2007
KELURAHAN Susu mempunyai daya tarik tersendiri. Di sana, ada panorama alam yang memesona sebagai obyek wisata, namun dibiarkan 'perawan.'
Adalah Danau Wawomudha. Keberadaannya belum dilirik
dan dikelola Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Ngada sebagai aset wisata yang berharga. Padahal, jika dikelola dengan baik, wisata alam ini sangat menggoda, bisa mendatangkan devisa bagi daerah.
Siapa yang peduli menyuarakannya? Theobaldus Keo, tokoh pemuda, warga Kelurahan Susu, kepada SPIRIT NTT di Ngoranale, Sabtu (24/11/2007), mengatakan, pemerintah setempat melalui dinas teknis perlu memperhatikan obyek wisata seperti Danau Wawomudha yang sampai sekarang masih belum "disentuh."
Keo menjelaskan, jalan masuk ke lokasi wisata ini masih berupa jalan tanah. Selain itu di lokasi wisata itu belum ada sarana prasarana pendukung layaknya sebuah tempat wisata.
"Kalau dikelola secara baik lokasi Danau Wawomudha pasti bisa menjadi lokasi wisata yang menarik wisatawan. Tapi sejauh ini belum ada perhatian serius dari pemerintah melalui dinas terkait. Saya melihat banyak kalangan dan pencinta obyek wisata alam belum mengetahui obyek wisata Danau Wawomudha ini. Kami berharap dinas teknis segera mempromosikan obyek wisata ini ke dunia luar," kata Keo, alumni Fakultas Hukum (FH) Undana-Kupang.
Keo mengatakan, banyak obyek wisata di Ngada belum dipromosikan dan belum ditata dengan baik. Padahal jika obyek-obyek wisata yang ada dikelola dengan baik, maka secara tidak langsung bisa membawa dampak bagi peningkatan ekonomi warga sekitar lokasi wisata, sekaligus menjadi pemasukan daerah.
Permasalahan yang perlu diperhatikan pemerintah, kata Keo, ruas jalan masuk ke obyek wisata serta sarana pendukung di lokasi wisata belum ada sehingga belum memiliki daya tarik. Pantauan SPIRIT NTT di Ngoranale, papan nama obyek wisata Danau Wawomudha baru dikerjakan sebagai petunjuk menuju lokasi wisata ini. Pada papan itu bertuliskan "Selamat Datang" namun sarana lainnya belum ada. *
Infokom Ngada sosialisasikan HAM
Laporan Aris Ninu, Spirit NTT 3-10 Desember 2007
BAJAWA, SPIRIT--Dinas Informasi dan Komunikasi (Infokom) Kabupaten Ngada mensosialisasikan hak asasi manusia (HAM) dan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Kantor Desa Denatana, Kecamatan Wolomeze, Jumat (23/11/2007).
Sosialisasi dilakukan karena belum banyak masyarakat mengetahui tentang haknya seperti diatur dalam undang-undang (UU), termasuk hak asasinya sebagai manusia yang melekat sejak lahir.
Camat Wolomeze, Kristian Haning, S.Sos, kepada SPIRIT NTT, Sabtu (24/11/2007), mengatakan, sosialisasi itu melibatkan 40 warga Denatana, terdiri dari kades, ketua BPD, kepala dusun, tokoh wanita, tokoh pemuda dan tokoh masyarakat. Tujuan sosialisasi yakni untuk memberikan pemahaman tentang HAM dan masalah KDRT yang saat ini sedang menjadi perhatian publik.
Menurut Haning, para peserta/warga sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut. "Saya selaku Camat Wolomeze yang membuka kegiatan tersebut dengan dua pemateri, yakni staf Infokom Ngada. Kami di kecamatan adalah perpanjangan tangan dari kabupaten sehingga wajib melaksanakan program pemerintahan dan memfasilitasi program kerja yang ada dan dilaksanakan di kecamatan," kata Haning.
Ditegaskannya, sesuai UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah telah tertuang juga dalam pasal 126 ayat 3 yang menegaskan tugas camat, yakni melaksanakan tugas dan fungsi mengkoordinasi upaya ketentraman dan ketertiban serta upaya pemberdayaan masyarakat.
Camat Haning berharap warga dan tokoh masyarakat yang hadir dalam kegiatan sosialisasi itu bisa memahami tentang HAM dan masalah KDRT.
Tentang masalah KDRT di wilayahnya, Camat Haning mengaku belum terlalu menonjol. Namun ia mengimbau masyarakat agar menyelesaikan persoalan dalam rumah tangga dengan musyawarah yang dilandasi semangat kasih, bukan dengan kekerasan. Sebab kekerasan dalam rumah tangga sudah diancam dengan pidana penjara.

Tidak ada komentar: