Senin, 12 Januari 2009

Bajawa Crisis Centre

NGADA DI MATA MEDIA
(Rakyat Indonesia Bicara)

Kabupaten Ngada yang terletak diperlintasan trans-Pulau Flores Tengah merupakan daerah yang subur dan penuh potensi baik bidang agrobis, kelautan, pariwisata dan sebagainya. Secara geografis tampak menguntungkan dilihat dari aspek pengairan, curah hujan yang cukup dan kelembaban yang terjaga sehingga memungkinkan beberapa vegetasi bisa ditanam demi kelangsungan hidup masyarakatnya. Semangat kolektivitas dalam tataran dimensi sosial masih tampak kental citra gotong royong menjadi ciri khas pola hidup mereka,
Ditengah tarik-menarik kepentingan ideologis bangsa ini, dan gonjang-ganjing politik yang tak menentu justru masyarakat Ngada masih adem ayem seolah tak peduli dengan apa yang terjadi akan masa depan bangsa ini. Kesibukan komunal dan rutininas masyarakat Ngada tak punya arah yang pasti, miskin inspirasi dan dipimpin oleh pejabat yang tak bisa memberi stimulasi yang kongkret. Kita dipaksa jadi benalu, dan kreatitifitas kita dipasung dan dibelenggu atas nama eksistensi adat istiadat yang ternyata kesemuanya itu semu untuk dinyatakan.
Kesadaran akan perubahan dan pembaharuan harus dibenturkan dengan kepentingan ragawi bukan sebaliknya berjalan dengan penuh aroma harmoni. Kita tidak siap menjadi suku bangsa yang besar tapi menjadi suku bangsa yang tersisih dan kerdil dihadapan suku bangsa yang lain. Kita mudah diperbudak oleh keadaan terlebih jika kesemua itu unsur materi sebagai pedoman. Harga diri bisa diukur oleh uang. Tindakan asusila beberapa waktu yang lalu dilakukan oleh oknum pejabat Ngada (Oknum Kepala Dinas) bisa diamini dengan uang (hanya dengan membayar waja = denda adat).
Padahal uang tersebut disinyalir uang negara. Lebih gampang membudidayakan korupsi daripada budidaya agrobis atau apapun yang terkesan halal. Inilah kelebihan birokrasi Pemerintahan Ngada, main sikat habis setiap kalangan yang hendak memberi catatan kristis bagi prestasi birokrasi! Tak peduli itu juranalis/wartawan, LSM/NGO, ataupun masyarakat pokoknya sikat! baik melalui peradilan yang penuh skandal atau dengan dengan cara-cara busuk lainnya, inikah wajah Ngada yang sesungguhnya?
Pembangunan fisik (jalan, gedung pemerintahan, gedung sekolah dan sebagainya) terkesan asal-asalan, ini disebabkan dana alokasi proyek telah dikorup. Banyak dalih yang dipakai untuk berkelit dengan alasan dana terbatas atau alasan klasik lainnya. Jadi untuk menjadi orang kaya kita harus menjadi BIROKRAT dan ini hukum tak tertulis yang berlaku di kabupaten Ngada. Bukan sebaliknya Dengan berdayanya sektor dunia usaha (swasta) maka banyak muncullah orang-orang kaya. Sungguh fakta yang tersaji ini sangat mengerikan bagaimana banyak uang rakyat yang dihambur-hamburkan.
Jujur saja banyak pihak menyangsikan keberhasilan konsep pembangunan yang digagas oleh pemerintah kabupaten Ngada kenapa tidak, terkesan konsep itu hanya ilusi sesaat yang ditawarkan kepada rakyat, dan semua janji-janji sewaktu pilkada banyak diingkari. Ketika kita dipimpin oleh seorang pejabat yang memakai logika yang salah tentu saja banyak hal yang sia-sia yang akan kita dapatkan. Andai saja pemimpin kita ini punya sikap rendah hati dan banyak mengakomodir kalangan yang memberi sumbangsih pemikiran tentu saja pembangunan akan memperoleh hasil yang maksimal.
Rapuhkah warga Ngada dalam menyikapi fenomena sosial yang terjadi tanpa disikapi dengan satu solusi ataukah begitu perkasanya birokrasi hingga menutup akses bagi rakyat kecil atau……….entahlah !
Rakyat Ngada sedang meradang, dengan demikian situasi status quo trus berlangsung, tanpa tahu kapan semuanya itu berakhir. Tentu saja ini semua bukan keinginan rakyat Ngada, tidak salah jika banyak kalangan melakukan otokritik atas kebijakan pemerintah setempat dalam mengambil kebijakan publik yang seringkali tak lazim (tak sesuai dengan kaidah hukum yang berlaku) seperti keterlambatan gaji PNS, pembiaran perilaku asusila oknum aparat/pejabat, menyunat bantuan untuk rakyat dan sebagainya. Gaya feodalisme masih tercermin kuat dalam struktur birokrasi pemerintahan setempat. Jadi dimata media Ngada daerah yang tak berdaya.
(Otokritik bagi Ngada dan semoga kelak Ngada bisa berjaya. Amien)

1 komentar:

Marianus mengatakan...

Saya Prihatin dengan Ngada sekarang....

tapi pemerintah Propinsi koq diam saja ya... padahal sudah tidak ada loyalitas apalagi korupsi dimana-mana. memang tidak ada bukti konkrit karena kita sekarang ada di rantau. tapi coba lihat sendiri Ngada 10 tahun yang lalu dengan sekarang. jauuuuuhhh berbeda. sekarang lebih awut-awutan dan tidak terurus. pemerintah kabupaten berserta DPRDnya sudak tidak komitmen untuk memjukan Ngada selain urusan keluarga dan koleganya... Ironis ngada dengan sumber daya alam dan manusia yang mumpuni pemerintahannya justru di huni oleh manusia-manusi korup. Inikah pemerintahan yang berwibawa.....