Jumat, 09 Januari 2009

NTT Care

Bangkitnya Semangat Bangsa Sunda Kecil
(Indonesia Mendua)

Sejarah memang berulang. Ketika Indonesia memasuki kondisi pasca agresi militer II dan pasca perundingan Konferensi Meja Bundar di Den Haag Belanda 1949 -1950 wilayah nusantara terpecah menjadi 2: wilayah Republik Indonesia dan wilayah Republik Indonesia Serikat (RIS), dan NTT masih menjadi bagian wilayah RIS sebagai bagian wilayah Negara Kepulauan Sunda Kecil. Tentu saja ini semua memiliki latarbelakang pemikiran yang berbeda mencermati keadaan waktu itu dengan perspektif dari banyak segi. Bisa jadi para tokoh NTT dahulu kala memiliki pertimbangan seyogyanya tidak ngotot untuk segera bergabung dengan RI karena ingin melakukan bargaining politik. Realitas kultur dan agama masyarakat NTT menjadi fakta pembeda dengan yang ada di pulau Jawa dan Sumatera itu. Sejarah telah mengurai kala itu ketika sebagian kalangan menginginkan piagam Jakarta sebagai acuan ideology dan RI menjadi negara darul islam, dan ternyata keinginan komunitas itu sampai saat ini terus disuarakan dan kini setahap demi setahap keinginan mereka tercapai. Yakni menegakkan syarikat islam di segala lini.
Tentu saja ini melukai komunitas anak bangsa yang lain, ketika kita bersepakat dan bersumpah untuk mendirikan negara plural yang mengayomi banyak komuntas kini telah khianati dan ingkar janji. Dengan masuknya Indonesia menjadi anggota negara OKI (negara-negara Islam) tentu saja ini menjadi pertanyaan bagi banyak kalangan terutama non muslim, ada apa dengan politik negara ini?
Dibuatnya UU peradilan agama 1992, UU Susdiknas 2002 dan terakhir lolosnya UU Pornografi 2008 menjadi indikasi kuat akan bergesernya ideology negara. Kita jangan menutup mata dan menganggap enteng masalah ini karena kehancuran negara ini menanti dan UU Pornografi adalah bom waktu bagi komunitas Non Muslim…….., Bali siap untuk membangkang, Papua siap menantang, Sulawesi Utara serta Maluku siap menendang UU tersebut, dan Kini Kepulauan Sunda kecil sedang meradang.
Banyak kalangan warga Kepulauan Nusa Tenggara berilusi akan hadirnya kembali Negara Sunda Kecil untuk menunjukkan eksistensi kaumnya atas pemaksaan kehendak yang dilakukan oleh golongan tertentu terhadap realitas kultur dan ragamnya agama di bumi Indonesia. Mimpi itu pasti ada. Seringkali kaum avonturir politik di senayan bermain dalam angka-angka statistik dalam pengelabuan kondisi masyarakat Indonesia yang sebenarnya. Jadi semangat integritas bernegara semu adanya, maka sewajarnya wacana menggalang kebersamaan dan menyuarakan kebangkitan Negara Sunda Kecil menjadi sebuah jawaban atas realitas politik yang ada. Tak salah jika Rakyat Bali berkehendak untuk merdeka, dan diiringi daerah lain. Dan dalam agama apapun telah dinyatakan bahwasanya Tuhan menciptakan suatu tempat bukan untuk satu golongan saja tetapi untuk banyak komunitas. Wajar rakyat NTT menggugat! Satu hal menjadi pelajaran berharga jatuhnya Sriwijaya dan Majapahit karena keangkaramurkaan pemimpinnya. Untuk itu komunitas non muslim berharap setiap produk perundang-undangan hendaknya dikaji secara hati-hati dan komprehensif sekiranya tidak melupakan fakta yang ada bahwa Indonesia adalah negara yang majemuk dan tidak boleh hanya satu komintas saja yang berhak untuk menentukan arah perjalanan bangsa ini. Bangsa ini milik kita semua entah Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Budha dan sebagainya atau ….Indonesia mendua !
(Kalbu Bangsaku)

Mikael Risdiyanto SB Tgl 9 Nopember 2008
Wartawan Warta Nasional Jakarta

Tidak ada komentar: