Kamis, 29 Oktober 2009

ADA APA DENGAN PDAM BAJAWA, KAB NGADA ?


ADA APA DENGAN PDAM BAJAWA, KAB NGADA ?
(Bereaksi Tanpa Aksi, Pengaduan Tanpa Sebuah Jawaban)

Bajawa, Warnas.
Air adalah sarana terpenting bagi kehidupan, bisa dibayangkan betapa tragisnya hidup ini seandainya tak dialiri air. Tentunya kering lalu MATI. Itulah fenomena yang terjadi di sekretariat LSM CERDAS BANGSA Kabupaten Ngada. Hampir genap satu bulan kering kerontang karena tidak mendapatkan jatah air dari PDAM.
Berulang kali melakukan pengaduan selalu tanpa tindak lanjut. Mengapa? Terlihat di bagian pengaduan sering terjadi komplain dari pelanggan PDAM. Pelayanan yang buruk muncul dari manajemen yang buruk. Terlebih lagi tiap-tiap karyawan bingung akan porsi kewenangannya. Bagian admin mengomentari soal teknis dan bagian teknis berkoar tentang system manajemen. Perusahaan daerah macam apa ini, ujar pelanggan PDAM yang bermukim di Lokosoro tanpa mau menyebut identitasnya. Ketika tim warnas melakukan konfirmasi selasa 20 Oktober 2009 pada karyawan bagian admin mereka mengatakan bahwa uang operasional kendaraan teknisi hanya mendapat jatah satu liter dalam sehari tentunya sangat tidak memadai. Tim juga mendapati meja kerja banyak yang kosong, ini menunjukkan tidak displinnya karyawan PDAM. Mapping instalansi tidak jelas sehingga bagian pengaduan sering asal asalan dalam memberikan sebuah informasi pada pelanggan PDAM. Ditambah lagi indikasi pungli oleh oknum teknisi kepada pelanggan menambah geram masyarakat Ngada. Sangat diharapkan wakil rakyat dalam hal ini DPRD terpilih untuk membentuk pansus guna melakukan audit pada PDAM guna tahu profit dan tidaknya perusahaan ini sehingga tidak melakukan pungli kepada masyarakat guna menutupi kerugian perusahaan daerah ini. Menurut Risdiyanto warga ngedukelu yang menjadi korban PDAM mengatakan bahwa dalam bulan lalu tidak setetespun air mengalir tetapi meteran menunjukkan lain dan dipaksa membayar layaknya pelanggan lainnya. PDAM = Perusahaan Daerah Air Modhe ?. Cukup sudah! Jangan sampai rakyat melakukan class action karena pelayanan yang buruk ini, ujar Risdiyanto dengan nada meninggi. “ Kita Menulis Karena Ingin Mengekspresikan Pikiran Kita, dan ketika menggunakan pikiran kita, kita menjadi pembangkang karena kita melihat ketidak adilan”. (Tim)

Tidak ada komentar: