Minggu, 11 Oktober 2009

Bercermin Diri! Berebut Tahta di Tanah Ngada

Bercermin Diri! Berebut Tahta di Tanah Ngada
(Waspadai Politik Hipokrit Menyongsong Pilkada 2010)

Hampir usai kepemimpinan Bupati Yos Nuwa Wea, seiring perjalanan waktu hitam putih kepemimpinannya menjadi celotehan banyak kalangan dan tidak sedikit pula yang memberi apresiasi jempol tentang kebijakan beliau. Menyikapi rekruitment bakal calon bupati dan wakil bupati menjelang pelaksanaan estafet kepemimpinan tentu tidak salah jika banyak kalangan memberi sumbangsih pemikiran agar kaderisasi pemimpin yang handal mampu muncul dan menjadi lokomotif bagi rakyat Ngada. Bersih, jujur dan cerdas tiga pilar kepribadian yang harus dimiliki seorang pemimpin walau dimata politisi tiga kata itu bisa dimaknai dengan berbagi arti. Tentu saja jika kita berpijak pada logika yang benar tentu dalam pencapaian permenungan (kontemplasi) politik kita bisa mendapatkan nilai yang positif dalam menyibak kalbu kekuasaan.
Pencitraan beberapa kandidat bupati telah dimulai, dari tipikal maling dalam birokrasi bersolek bak seorang nabi atau pahlawan kesiangan. Sah saja bila ada kalangan yang berujar bahwa manusia tak ada yang sempurna, tetapi tentu saja hal itu jangan menjadi apologia (pembelaan diri yang membabi buta). Tindakan dan ucapan ketidaksempurnaan sebagai calon pemimpin tentu lebih arif disampaikan khalayak sebagai bagian introspeksi politik agar setelah terpilih tidak mengulangi kesalahan yang sama atau lebih membabi buta. Bagi kalangan networking (NGO/LSM) isu kontrak politik mulai digulirkan agar bisa menjadi garansi kepemimpinan yang benar sesuai dengan program yang dijanjikan kepada rakyat. Untuk itu terdapat beberapa tawaran dalam kontrak politik dikalangan networking.
1. Bersedia melaporkan harta kekayaan kepada lembaga yang berwenang (BPKP) atau dan bersedia dipublikasikan kepada mass media.
2. Bersedia melakukan OPEN HOUSE sebulan sekali bagi kalangan LSM/NGO, akademisi dan khalayak umum.
3. Bersedia melakukan reformasi birokrasi secara totalitas, sehingga mampu menghasilkan pemerintah yang bersih (clean government)
4. Menumbuhkan semangat kewirausahaan yang berpihak pada ekonomi kerakyatan dengan memberikan konsep yang jelas dan siap direlease atau dipublish oleh mass media.
5. Mempunyai wawasan yang jelas tentang konsep pembangunan kabupaten Ngada, tentang apa dan bagaimana kabupaten Ngada kelak akan dibangun.
6. Memiliki visi dan misi melepaskan citra parasitisme birokrasi pemerintah kabupaten terhadap pemerintah pusat agar menumbuhkan kebijakan kreatif yang menguntungkan dalam berbagai dimensi dalam masyarakat Ngada.
7. Bersedia menyelesaikan kasus konflik perbatasan (khususnya masalah sambinasi) secara komprehensif.
8. Mempunyai komitmen yang kuat untuk membangun Ngada sebagai daerah yang terbuka, jauh dari kesan terisolasi, tertutup dan terbelakang dalam berbagai hal. Untuk itu pemimpin yang ideal memiliki wawasan untuk mengembangkan pembangunan infrastruktur yang berbasis IT.
9. Tidak sedang menghadapi kasus hukum baik perdata maupun pidana.
10. Calon Bupati harus berwawasan Pluralisme, mengedepankan profesionalisme dan tidak mempunyai background primordialisme yang dapat mengakibatkan konflik vertical maupun horizontal.
Sepuluh petisi ini tentunya menjadi prasyarat yang utama jika memang semua pihak berharap kelak Kabupaten Ngada bisa tampil selangkah lebih maju di mata Rakyat Indonesia. Atau kita memang sudah puas dengan kenyataan yang ada. Bahkan peta Ngada pun tak pernah ada yang tahu. Ironis !
Dalam jaman globalisasi kita harus mampu menjawab tantangan jaman, keberanian dan kesungguhan dalam mengambil kebijakan menjadi factor penentu. Dan tentu saja ini semua akan menjadi catatan sejarah bahwasanya terobosan berbagai elemen masyarakat mampu menyuguhkan perubahan yang signifikan bagi pembangunan kabupaten Ngada ke masa depan. Seorang pemimpin tidak harus selalu terlahir dari kaum birokrat, siapapun dia yang layak dan pantas boleh tampil diatas panggung kekuasaan asal rakyat Ngada menghendakinya.
Berbagai harapan berhembus pada momentum pilkada 2010 akan lahirnya pemimpin yang ideal untuk mengejar ketertinggalan pembangunan di kabupaten Ngada. Mari kita tunjukkan kepada rakyat Indonesia bahwa pilkada di Ngada bukan sandiwara kekuasaan. Melainkan sebuah proses yang penuh dinamika untuk melahirkan seorang PEMIMPIN. Merebut hati rakyat (to win the heart of the people) sah saja dan bisa dimengerti. Sebab dalam pilkada langsung, pilihan konstituenlah yang akan menentukan kemenangan kandidat. Semoga rakyat Ngada bisa memilih pemimpin yang benar…..

Penulis : Mikael Risdiyanto
Wartawan Warta Nasional / Ketua LSM Cerdas Bangsa Kab.Ngada

1 komentar:

Laela Inges mengatakan...

wkakwkakwkakwkk.... foto siapa tuch yg disamping? moncong merah....
kwkakwkakwkakwkk....

mas anto.. mas anto... mas anto... kpn kita ngentot bareng.. wkakwkakwkak....