Rabu, 29 April 2009

RAKYAT FLORES

Kamis, 30 Apr 2009, | 1
Perkara Bupati dan Ketua DPRD Mabar
Hamsi Mengaku tidak Punya Niat Bermusuhan
RUTENG, Timex - Sidang kasus pencemaran nama baik Bupati Manggarai Barat, W Fidelis Pranda dengan terdakwa ketua DPRD Mabar, Mateus Hamsi kembali digelar, Rabu (29/4) kemarin. Sidang kali ini, terdakwa Mateus diperiksa sebagai saksi oleh majelis hakim.
Seperti yang disaksikan Timor Express, ruangan sidang PN Ruteng kembali dipadati pengunjung untuk menyaksikan jalannya persidangan dua pemimpin di Kabupaten Mabar. Belasan anggota polisi terus menjaga ketat jalannya persidangan. Sidang dipimpin Slamet Riadi beserta dua anggota, Desbertua Naibaho dan Agus Maksum. Bertindak sebagai JPU, Dwi Agus Afriyanto. Sedangkan terdakwa Mateus didampingi kuasa hukumnya, Anton Ali.
Dalam keterangannya, Mateus menjelaskan, dirinya sama sekali tidak mempunyai niat sedikitpun untuk bermusuhan dengan siapa saja termasuk dengan Bupati Manggarai Barat, Fidelis Pranda. Dia mengaku, apa yang dilakukannya melaporkan sejumlah kasus korupsi ke KPK adalah sebagai bentuk pengawasan politik sebagai anggota DPRD.

Selain itu, sejumlah kasus dugaan korupsi di Mabar juga pernah dilaporkan beberapa elemen masyarakat termasuk adanya demonstrasi dari sejumlah LSM. Sehingga, untuk menyalurkan aspirasi masyarakat, maka pihaknya melaporkan kasus-kasus tersebut ke KPK.
“Saya tidak punya niat untuk bermusuhan dengan bupati. Apa yang saya lakukan adalah sebagai bentuk pengawasan politik sebagai anggota dewan serta untuk menyalurkan aspirasi masyarakat,” tandasnya. Karena itu, ditegaskan sidang perkara ini diharapkan jangan sampai mengorbankan seluruh masyrarakat di Manggarai Barat.
Menjawab pertanyaan soal press realese, Mateus menjelaskan, pihaknya membuat konsep press realese lalu dikordinasikan dengan beberapa teman termasuk wartawan asal Manggarai Barat, Marsel Jeramun. Press realese tersebut tidak pernah dibagikan kepada siapa-siapa.
Tujuan pembuatan press realese kata terdakwa adalah untuk menyampaikan sejumlah aspirasi masyarakat yang pernah dilaporkan kepada DPRD Mabar. Apalagi lanjutnya, kasus tersebut tidak pernah diaudit oleh BPK atau lembaga lainya. Soal damai jika ada mediator, Mateus menegaskan, hal itu dirinya tidak bisa memulai sebab ia sudah menjadi terdakwa. Namun jika bupati ada niat untuk berdamai, maka pihaknya siap. “Saya siap untuk berdamai, tetapi tidak mungin saya yang mulai,” tandasnya.
Dikatakan, pihaknya tidak pernah melarang bupati untuk bicara saat sidang paripurna terkait temuan pansus ubi aldira. Namun yang terjadi adalah bupati tidak diizinkan untuk bicara atau mengklarifikasi sebab agenda sidang waktu itu agenda tunggal mendengarkan laporan pansus. Sidang lanjutan akan kembali digelar pekan depan dengan agenda pembacaan tuntutan oleh JPU. (kr2)

RAKYAT TIMOR

Kamis, 30 Apr 2009, | 2
Berkas Alex Kase Kembali Dilimpkan
SOE, Timex – Berkas kasus dugaan pelanggaran kampanye pemilu legiaslatif di Kabupaten TTS yang melibatkan salah satu oknum caleg DPRD Provinsi dari Partai Golkar, Alex Kase telah dilimpahkan kembali penyidik Polres TTS ke Kejaksanaan Negeri SoE.
Hal ini dikemukakan Kapolres TTS, AKBP Suprianto melalui Kasat Reskrim, AKP Sandy Sinurat kepada Timor Express, Senin (27/4) lalu. Menurut Sandy, berkas kasus tersebut, petunjuk dari Kejaksaan sudah dilengkapi penyidik dan sudah dikembalikan lagi ke Kejaksaan.
Ditempat terpisah, kepala Kejaksaan Negeri SoE, Risma Irjanti Lada yang dikonfiormasi membenarkan, pihaknya telah menerima kembali berkas kasus Alex Kase. Lengkap atau tidak berkas tersebut, menurut Risma, pihaknya belum mendapat laporan dari jaksa yang menangani kasus itu.
Oknum caleg Partai Golkar, Alex Kase ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pelanggaran kampanye pemilu legislatif tahun 2009. Termasuk kepala Desa Oebobo, Elisabet Nonobais, ketua RT 10 RW 05 Dusun C Desa Oebobo Kecamatan Bantu Putih, Noh Nenobais dan kepala Dusun, Yacob Alvius Tuke.
Kasat Reskrim Polres TTS, AKP Sandy Sinurat mengatakan, kasus itu berawal dari kejadian tanggal 30 Maret sekitar pukul 19.00 Wita sampai 21.00 Wita, Alex Kase membagi-bagikan bahan kampanye berupa baju kaos, stiker dan buku yang berlogo Partai Golkar kepada masyarakat yang telah berkumpul di rumah Kades Elisabet Nenobais.
Menurut salah satu ketentuan kampanye pemilu legislatif, kampanye para caleg tidak boleh dilaksanakan di rumah kepala desa. Untuk itu, berdasarkan laporan masyarakat ke Panwaslu Kabupaten TTS kemudian dikaji dan hasil kajian merupakan pelanggaran yang masuk dalam unsur pidana. Dengan demikian, Panwaslu TTS melaporkan ke Gakumdu Kabupaten TTS untuk ditangani.
Berdasarkan laporan Panwaslu, Gakumdu TTS menindaklanjuti dengan memanggil para saksi untuk dimintai keterangan. Hasil pemeriksaan para saksi, penyidik menetapkan Alex Kase, Elisabet Nonobais, Noh Nenobais dan Yacob Alvius Tuke sebagai tersangka dalam kasus tersebut. Barang bukti berupa baju, stiker dan buku semunya berlogo Partai Golkar sudah diamankan penyidik.
Alex Kase yang melakukan kampanye di rumah kepala desa dikenakan Pasal 271 UU Nomor 10 tahun 2008 tentang pemilu legislatif dengan ancaman hukuman paling sedikit tiga bulan dan paling banyak 12 bulan. Denda paling sedikit Rp 30 juta dan paling banyak Rp 60 juta.
Sedangkan, tiga aparat desa dikenakan Pasal 273 UU Nomor 10 tahun 2008 dengan ancaman hukuman paling sedikit tiga bulan dan paling banyak 12 bulan, denda paling sedikit Rp 3 juta dan paling besar Rp 12 juta. (r5)

Lulusan Terbaik 3 Besar Polltekes DIV Bidan Pendidik DENPASAR



Nama : Kristina Ota...lahir di Soe,sekarang bertugas di RSUD Ngada, mahasiswa ini menjadi kebanggaan masyarakat Ngada karena berhasil menyabet predikat ke 3 besar wisudawan terbaik asal NTT. Tentu saja ini menjadi contoh bagi para duta tugas belajar dimana tolok ukur prestasi bukan hanya menjadi jago kandang saja tapi mampu berkokok di negeri orang. Inilah semangat yang harus mendapat apresiasi ekstra agar perlahan tapi pasti kita bisa menjadi panutan bagi rakyat NTT untuk mengubah mentalitas jago kandang. Proficiat Saudari-ku Tuhan Bersamamu

Dokumentasi Wisuda Poltekes Negeri - Denpasar







Selasa, 28 April 2009

Caleg PDI Perjuangan Dilaporkan ke Panwaslu

Oleh Hubert Uman
081339464193
Bajawa,


Dituduh telah melakukan manipulasi perolehan suara sesama caleg di PDI Perjuangan, Urbanus Nono Dizi dilaporkan oleh warga Aimere Antonius Goru pada Sabtu (18/4) ke Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Ngada. Pada waktu membawakan laporannya, Antonius Goru didampingi oleh caleg PDI Perjuangan lainnya di Daerah Pemilihan Ngada 2 Romana Moi.
Kepada Flores Pos, di Sekretariat Panwaslu Ngada Antonius Goru menerangkan, dalam rangka menambah jumlah suara yang diperolehnya ia (Urbanus Nono) mengambil suara dari caleg PDI Perjuangan Lukas Dua Tea, sehingga jumlah suaranya berubah dari 3 menjadi 15 suara.
“Beda suara antara Urbanus Nono dengan Romana Moi hanya 11 suara. Urbanus Nono unggul dari caleg lainnya di PDI Perjuangan. Ia lolos menjadi anggota DPRD Ngada periode 2009-2014, karena ia mengambil suara dari Lukas Dua. Jumlah suara untuk semua caleg di PDI Perjuangan memang tidak berubah. Yang kami persoalkan mengapa perolehan suara dari Lukas Dua dipindahkan ke Urbanus,” tegas Anton Goru usai melaporkan hal ini ke Panwaslu Ngada, pukul 17.00, Sabtu (18/4).
Di Desa Aimere Timur, kata Antonius Goru, terjadi penggelembungan suara. Jumlah suara yang sebenarnya hanya 4 menjadi 14. Ini sudah diperbaiki pada waktu rekapitulasi perolehan suara di PPK.
Menurut Antonius Goru, pada kesempatan tersebut, ia melaporkan juga ke Panwaslu bahwa di Desa Naruwolo Kecamatan Jerebuu terjadi manipulasi data pemilih. Ada empat pemilih di bawah umur. Mereka adalah siswa SMPN 1 Jerebuu Desa Naruwolo. Di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 3 Naruwolo ada satu siswa SMP atas nama Selentinus Suba baru berumur 16 tahun lebih masuk dalam daftar pemilih tetap (DPT). Raimunda Titu di DPT ia lahir pada 28 Februari 1992, padahal sesungguhnya ia baru lahir 28 Februari 1993. Maria Magdalena Anu, tanggal lahirnya di DPT 29 Februari 1992, sementara di surat permandiannya lahir pada 29 Desember 1992. Dan di TPS 1 Naruwolo, atas nama Rosadalima Lobo, di DPT ia lahir pada 23 Maret 1992, sementara di surat permandian lahir pada 23 Agustus 1992.
Baik Romana Moi maupun Antonius Goru mengatakan, mereka melaporkan semua ini ke Panwaslu bukan karena tidak lolos menjadi anggota DPRD Ngada. Kebenaran dan keadilan yang harus ditegakan. Mereka harapkan Panwaslu menindaklanjuti semua temuan kecurangan pelaksanaan pemilu yang mereka laporkan.
Ketua Panwaslu Ngada Andreas Wuda dan anggota Panwaslu Maria Angelina Kumi yang menerima laporan mengatakan, semua pengaduan yang berkaitan dengan pemilu pasti ditindaklanjuti. “Ini kami langsung plenokan. Malam ini juga kami sampaikan ke KPUD Ngada. Akan diteruskan ke Gakumdu (penegakan hukum terpadu) untuk diproses secara hukum,” kata Andreas Wuda. *

Pemkab Ende Uji Coba Pengolahan Batu Granit

ENDE, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Ende, di Flores, Nusa Tenggara Timur melakukan uji coba pengolahan batu granit, di Desa Manulondo, Kecamatan Ndona, hari ini, Sabtu (25/4).
Hal itu salah satunya sebagai upaya untuk menarik investor di bidang usaha ini, mengingat potensi batu granit yang besar di Ende dengan kualitas baik, serta harga pasar menjanjikan. Namun hingga kini belum ada investor yang berminat.
"Kami sedang berupaya ke depan untuk menggandeng pihak ketiga mengembangkan bisnis ini," kata Bupati Ende Don Wangge, Sabtu, seusai meninjau uji coba tersebut.
Peralatan yang dipasang di Manulondo merupakan bantuan dari pemerintah dengan pendanaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2007 sekitar Rp 200 juta. Mesin yang dipasang dua unit, yakni alat pembelah dan perajangan batu granit.
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Penanaman Modal Kabupaten Ende Raymundus Panda menyatakan, secara umum kualitas batu granit asal Ende dinilai lebih baik dibandingkan dengan batu sejenis asal Jawa.
Pendapat Raymundus juga dibenarkan Suyatno, Teknisi dari PT Citra Dua Permata Tulungagung, Jawa Timur.
"Warna batu granit di Ende lebih tajam," kata Suyatno yang dikontrak oleh Pemkab Ende guna melakukan transfer teknologi pengolahan batu granit tersebut.

Menurut Suyatno, harga di pasaran saat ini untuk hasil olahan batu granit berkisar Rp 250.000 per meter persegi dengan ukuran 40 x 60 centimeter. Di dalam negeri batu granit banyak dipesan di kalangan hotel-hotel berbintang, maupun vila. Sementara untuk pasar ekspor banyak dipesan dari Italia, Jerman, dan Amerika Serikat.

Mantan Gubernur NTT Piet Tallo Meninggal

Minggu, 26 April 2009 | 15:13 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Samuel Oktora

KUPANG, KOMPAS.com — Mantan Gubernur Nusa Tenggara Timur Piet Alexander Tallo meninggal dunia karena gangguan paru-paru dan jantung, Sabtu (25/4) di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto Jakarta.

Jenazah almarhum telah diterbangkan dengan pesawat Mandala dari Bandar Udara Soekarno-Hatta ke Kupang hari ini, Minggu (26/4). Jenazah almarhum yang turut diantar Gubernur NTT Frans Lebu Raya itu tiba di Kupang, sekitar pukul 12.30 Wita.

"Almarhum merupakan seorang pejabat karier di bidang kepamongprajaan yang merintis dari bawah. Almarhum semasa hidupnya juga dekat dengan rakyat, dan penuh pengabdian," kata Wakil Gubernur NTT Esthon Foenay, Minggu, yang dihubungi dari Ende, Flores.

Almarhum berasal dari Tefas, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), kelahiran 27 Mei 1942. Dalam kariernya di pemerintahan, almarhum pernah menjabat sebagai Bupati TTS dua periode pada 1983-1993, Wakil Gubernur NTT tahun 1996-1998, dan menjabat Gubernur NTT dua periode tahun 1998-2008.

Menurut Esthon, sesuai dengan kesepakatan pihak keluarga, jenazah almarhum akan dimakamkan hari Rabu (29/4) pukul 09.00, di Taman Makam Pahlawan Dharma Loka Kupang.

Kamis, 23 April 2009

EKONOMI BISNIS

Jumat, 24 Apr 2009, | 2
Instansi Terkait Diminta Tindaklanjuti
Petani Kesulitan Bibit dan Pakan Ikan Lele
KUPANG, Timex- Prospek budidaya ikan lele di Kota Kupang rupanya mulai menjanjikan. Hal ini bisa terlihat dari keuntungan 14 kelompok tani ikan Lele Sangkuriang di bawah asuhan UPP Nyiur Bakunase, yang kesemuanya meraih keuntungan.
Demikian diungkapkan Kepala UPP Nyiur, Munca Adoe yang kemarin didampingi Sekretarisnya, Meidy Mokolomban ketika ditemui Timor Express, kemarin di Kupang. Walaupun kemarin itu adalah panen perdana, namun ke-14 kelompok tani binaan UPP Nyiur tersebut telah menikmati hasilnya.

Munca Adoe menjelaskan, walau pun ada kendala seperti penyakit ikan, skill dan keahlian dari para petani, namun dengan pengetahuan tentang ikan yang cukup terbatas, pihaknya dapat bekerja cukup maksimal. "Sekarang ini, kesulitan yang kami alami termasuk para petani, adalah menyangkut soal bibit ikan Lele Sangkuring dan juga pakan ikan," ujar Munca.
Khusus pakan, terangnya, per karung harganya bisa mencapai Rp 250.000, yang beratnya 30 kilogram. Bila dibeli per kilo, maka harga mencapai Rp 10.000. "Masa waktu pemeliharaan ikan Lele Sangkuring dua sampai tiga bulan. Bila sudah dua bulan, itu sudah bisa ditimbang untuk dijual. Jumlahnya bisa mencapai tujuh sampai delapan ekor sekilo. Tapi, bila sudah tiga bulan, tinggal enam atau tujuh ekor sekilonya," sebut Munca.

Soal harga, lanjutnya, saat ini pasaran ikan lele bila dijual mencapai Rp 27.000 per kilogram. "Untuk pembuatan kolam ikan yang baik, sebaiknya dari tanah. Jangan menggunakan semen. Lubang yang disediakan sekurang-kurangnya ukuran 3 x 4 meter, dan kedalaman 1 - 1.20 meter. Ukuran sebesar itu, sudah bisa menampung ikan lele sebanyak 1.000 ekor.

Menyikapi persoalan sulitnya pakan, Meidy dan Munca mengatakan, Dinas Kelautan dan Perikanan pernah menjanjikan untuk membuatkan pabrik pakan mini. "Bila ini terealisir, maka harga pakan akan lebih murah.

Selama ini harga pakan mahal, karena biaya transportasinya. Soalnya, pakan dipasokkan dari pulau Jawa," tutur keduanya sembari berharap, kesulitan bibit dan pakan ikan lele tersebut bisa segera ditindak-lanjuti instansi terkait.

PEMILU 2009

Kamis, 23 Apr 2009, | 41
KPU NTT Mulai Pleno
Beringin Berjaya di Ngada
KUPANG, Timex-Partai Golkar masih membuktikan diri sebagai yang terbesar di NTT. Di Kabupaten Ngada Golkar meraih suara terbanyak untuk DPR RI. Urutan kedua dan ketiga ditempati PDIP dan Demokrat. Untuk tingkat provinsi masih unggul PDIP disusul Golkar di urutan kedua.
Untuk DPR RI, Partai Golkar meraih 19.704 suara dan menempati urutan pertama. Total suara ini diperoleh dari tujuh caleg dan 714 suara dari partai. Caleg yang memperoleh suara terbanyak adalah Yoseph Nae Soi yang memperoleh 16.281 yang saat ini menjadi anggota DPR RI. Urutan dua ditempati Melchias Markus Mekeng yang juga saat ini sebagai anggota DPR RI dengan 1.020 suara. Sementara urutan tiga oleh Lorens Tato dengan 876 suara. Selengkapnya lihat tabel.

PDIP yang menempati urutan dua perolehan suara partai politik mampu meraih 6131 suara. Suara terbanyak dari tujuh caleg ini diperoleh Valentinus Daki-Soo dengan 2851 suara. Urutan dua Cyprianus Aoer dengan 1295 suara dan urutan tiga Honing Sany dengan 997 suara.

Sementara itu Partai Demokrat menempati urutan tiga dengan total suara 4.864 suara. Urutan pertama ditempati Beny Harman meraih 2651 suara. Urutan dua oleh Yosef Badeoda dengan 1318 suara dan urutan tiga Vincent Radja dengan 129 suara.


KPU NTT Mulai Pleno

Setelah tertunda dua kali, KPU NTT mulai melaksanakan pleno rekapitulasi hasil Pemilu, Rabu (22/4) kemarin. Hari pertama hanya satu KPU Kabupaten yang diplenokan yakni KPU Ngada.
Pleno yang dipimpin Ketua KPU NTT John Depa dan dihadiri empat anggota KPU NTT lainnya itu berjalan lancar sejak pukul 08.30 Wita hingga pukul 10.30 Wita. Pleno dihadiri empat anggota KPU Ngada Arnoldus Kely Nani (ketua) dan empat anggota lainnya Agustinus Bara, Thomas Djawa, Melania dan Yosafat Koli.

Dalam pleno tersebut dijelaskan, jumlah DPT di Kabupaten Ngada sebanyak 82.237 jiwa. Yang menggunakan hak pilih sebanyak 70.168 orang. Yang tidak menggunakan hak pilih sebanyak 12.609 orang.

Sementara calon DPD Rikardus Wawo menang telak di Kabupaten Ngada dengan 14.718 suara. Urutan dua ditempati Adrianus Dengi dengan 6796 suara. Urutan tiga Wilhelmus Ngete dangan perolehan 6541 suara.

Kemenangan telak Rikardus Wawo tersebut mendongkrak dirinya ke urutan dua perolehan sementara DPD dari NTT. Urutan pertama masih ditempati Sarah Lery Mboeik dengan perolehan 34.104 suara. Lery meraih kemenangan telak di Kabupaten Rote Ndao dengan 26.777 suara.
Urutan tiga sementara ditempati Abraham Paul Liyanto dengan 13165 suara. Urutan empat ditempati Lorry Victoria Lena Foeh dengan 5851 suara. Selengkapnya lihat grafis. (ito)

PEMILU 2009

Jumat, 24 Apr 2009, | 6
David Beko Tertinggi di Sumbar
Pleno KPU NTT Hasil Pemilu DPRD NTT

KUPANG, Timex-Setelah melaksanakan pleno hasil rekapitulasi KPU Ngada, Kamis (23/4) kemarin, giliaran hasil rekapitulasi KPU Sumba Barat (Sumbar) yang diplenokan di Sekretariat KPU NTT.
Dari hasil pleno diketahui kalau Partai Golkar sukses meraih suara terbanyak untuk pemilihan anggota legislatif (DPRD) NTT dengan total 7.771 suara dari total 41.730 suara sah. Partai Demokrat yang secara nasional dinyatakan sebagai pemenang berdasarkan hasil survei lembaga survei, menempati urutan kedua di Kabupaten Sumba Barat dengan raihan 4.655 suara, disusul PDIP yang bertengger diurutan ketiga dengan raihan 4.436 suara (lihat grafis 12 besar).

Dari raihan itu, Caleg Partai Golkar nomor urut dua atas nama Yakob David Ngailu Beko berhasil mengumpulkan suara tertinggi dengan meraih 4.357 suara disusul caleg nomor satu Partai Golkar. Urutan kedua peraih suara terbanyak caleg direbut Lamek Blegur, Caleg Partai Demokrat dengan 1.828 suara, disusul Caleg PDIP, John Umbu Detta dengan raihan 1.684 suara, dan Caleg Partai Golkar, Hendrik Rawambaku ditempat keempat dengan 1.385 suara. Tempat kelima ditempati Caleg Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK), Daud Umbu D. Kadiwano dengan 1.335 suara.

Novanto, Mell, Herman Bersaing
Sementara itu, dalam proses pleno tingkat kecamatan (PPK) yang berlangsung di Kecamatan Maulafa, Kamis (23/4) kemarin, suara caleg-caleg DPR RI saling mengejar satu-sama lainnya. Suara caleg tiga partai besar, seperti Partai Demokrat, Golkar dan PDIP terus bersaing.

Untuk raihan suara DPR RI Kecamatan Maulafa, sesuai pleno rekapitulasi suara di KPU Kota Kupang, Kamis (23/4) kemarin, menempatkan Partai Demokrat sebagai peraih suara terbanyak dengan 5.960 suara, disusul Partai Golkar dengan 4.206 suara dan PDIP diurutan ketiga dengan 3.595 suara.

Dari hasil ini, peraih suara mayoritas Partai Demokrat direbut Melkianus Adoe dengan 1.233 suara. Sementara Setya Novanto, caleg nomor urut 2 Partai Golkar mengumpulkan 1.956 suara. Sedangkan dominasi raihan suara PDIP Kecamatan Maulafa diraih Caleg nomor urut 1 DPR RI, Herman Hery dengan 1.197 suara.

Untuk tingkat DPRD NTT, lagi-lagi Partai Demokrat menjadi pertai peraih suara terbanyak dengan dengan total 4.205 suara sah. Suara caleg tertinggi Partai Demokrat direbut Jonathan Kana dengan 974 suara. Partai Gerindra yang menjadi debutan pemilu kali ini menempati urutan dua dengan 3.443 suara.

Caleg peraih suara terbanyak Partai Gerindra ini adalah Libret S. Foenay dengan total 2.421 suara. Urutan tiga diraih Partai Golkar dengan 2.627 suara, yang mana Caleg atas nama Semuel Victor Nitti berhasil mengumpulkan suara terbanyak dengan total 339 suara.

Lalu perolehan suara untuk calon anggota DPD RI, urutan pertama masih dikuasi Sarah Lerry Mboeik dengan raihan 4.420 suara, disusul Abraham Paul Liyanto dengan total suara 4.082, Carolina Nubatonis-Kondo dengan 2.196 ditempat ketiga, dan Lorry Foeh ditempat keempat dengan 1.556 suara. (aln/boy)


HASIL PLENO KPU SUMBA BARAT (DAPIL NTT 5)
(12 Besar ke Kursi DPRD NTT)

No. Nama Partai Total Suara Nama Caleg Total

1. (23) Golkar 7.771 Yakob D.N. Beko 4.357
Hendrik Rawambaku 1.385
2. (31) Demokrat 4.655 Lamek Blegur 1.828
3. (28) PDIP 4.436 John Umbu Detta 1.684
Anton Landi 792
4. (21) RepublikaN 2.494 Agus Ng.B. Dapadeda 1.308
5. (20) PDK 2.441 Daud Umbu D. Kadiwano 1.335
6. (5) Gerindra 2.173 Ev. Nodu Puga 1.190
7. (1) Hanura 1.796 Robertus Li 883
8. (7) PKPI 1.605 Yulius Malo Dauzo 641
9. (15) PNI Marhaenisme 1.452 Yonathan J. Potewali 972
10. (4) PPRN 1.359 Bertolomeus Zeingo 371
11. (9) PAN 1.147 Marthen B. Poety 739
12. (13) PKB 1.064 Aloysius Malo Ladi 390


* DPT: 61.001
* Yang Gunakan Hak Pilih: 49.258
* Tidak Gunakan Hak Pilih: 11.743
* Total Suara Sah: 41.730
* Suara Tidak Sah: 7.528
(*) Nomor Urut Partai

PEMILU 2009

Kamis, 23 Apr 2009, | 34
Kornelis Soi Unggul di Ngada
Raihan Suara DPRD NTT

KUPANG, Timex-Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Golkar saling unjuk kebolehan di Kabupaten Ngada yang masuk dalam wilayah Dapil NTT 6 untuk pemilihan legislatif DPRD NTT atau Dapil NTT 1 untuk pemilihan DPR RI.
Untuk tingkat DPR RI, suara terbanyak diraih Partai Golkar (berita hal. 1), sedangkan suara terbanyak untuk pemilu DPRD NTT dikuasai PDI Perjuangan dengan total 13.848 suara. Sementara raihan suara untuk Partai Golkar berada dibawah PDIP dengan total 12.129 suara. Sementara urutan ketiga, keempat dan kelima DPRD NTT diraih PKPB dengan 4.607 suara, Partai Demokrat dengan 4.436 suara dan, PDP dengan 3.285 suara (Lihat grafis).

Raihan suara partai dan juga calon anggota legislatif ini berdasarkan hasil pleno rekapitulasi KPU NTT yang berlangsung di Sekretariat KPU NTT, kemarin (22/4). Pleno rekapitulasi ini terbilang terlambat, karena sebelumnya juga sudah tertunda dua kali. Dan dalam pleno kemarin yang dipimpin Ketua KPU NTT John Depa, dihadiri empat anggota KPU lainnya itu pun hanya berhasil memplenokan satu kabupaten saja yang memasukan hasil pleno tingkat kabupaten, yakni Kabupaten Ngada.

Pleno yang dimulai pukul 08.30 Wita hingga pukul 10.30 Wita itu dihadiri Ketua KPU Ngada, Arnoldus Kely Nani bersama empat anggota lainnya, yakni Agustinus Bara, Thomas Djawa, Melania dan Yosafat Koli.

Dalam pleno itu, dijelaskan bahwa DPT di Kabupaten Ngada berjumlah 82.237 jiwa. Yang menggunakan hak pilih berjumlah 70.168 orang, sedangkan yang tidak memilih sebanyak 12.609 orang.

Dari total suara sah yang masuk (suara tidak sah 67.902 suara), raihan suara tertinggi caleg direbut Kornelis Soi, Caleg PDIP nomor urut dua dengan total 10865 suara. Urutan kedua ditempati Thomas Dolaradho, Caleg Partai Golkar dengan 7259 suara. Tempat ketiga ditempati Loke Ferdinandus, Caleg PKB dengan raihan 2673 suara, lalu Rofinus G. Beu, Caleg PDP yang menempati peringkat keempat dengan meraih 2531 suara, dan tempat kelima direbut Angela Merci Piwung, Caleg PKPB dengan raihan 2408 suara.

Dari raihan ini, dua Caleg incumbent DPRD NTT, masing-masing Cyrilus Bau Engo (Caleg Partai Golkar) dan Kristo Blasin (Caleg PDIP) yang kini menjabat Wakil Ketua DPRD NTT hanya mengantongi 1919 suara dan 1071 suara di Kabupaten Ngada untuk daerah pemilihan (Dapil NTT 6) yang meliputi Kabupaten Ngada, Negekeo, Ende dan Sikka itu. (aln)


HASIL PLENO KABUPATEN NGADA (DAPIL NTT 6)
(10 Besar Partai)

No. Nama Partai Total Suara
1. PDIP 13.848
2. Golkar 12.129
3. PKPB 4.607
4. Demokrat 4.436
5. PDP 3.285
6. PKB 3.245
7. Hanura 3.147
8. PAN 2.741
9. PDS 2.718
10. RepublikaN 2.536
11. PDK 2.411

(10 Besar Caleg DPRD NTT)

No. Nama Caleg Partai Total Suara
1. Kornelis Soi PDIP 10.865
2. Thomas Dolaradho GOLKAR 7259
3. Loke Ferdinandus PKB 2673
4. Rofinus G. Beu PDP 2531
5. Angela M. Piwung PKPB 2408
6. Gonzalo G. M. Sada PAN 2385
7. Petrus Rego Sole HANURA 2148
8. Leonardus B. Lodhu DEMOKRAT 2082
9. Dionisius Wea PDS 2081
10. Cyrilus Bau Engo GOLKAR 1919
11. Felix Jos Pullu REPUBLIKAN 1892
12. Ambrosius Awanai PDK 1650
13. Antonius Gili PKPB 1613
14. Kristo Blasin PDIP 1.071

* Suara Tidak Sah: 67.902
* Sumber: KPU NTT

Senin, 20 April 2009

Tak Ada Petugas, Pustu Kotenwalang Terlantar 31-Mar-2009

*Dibangun Tahun 2005
Oleh Frans Kolong Muda
Larantuka, Flores Pos

Puskesmas Pembantu Kotenwalang di Desa Latonliwo, Kecamatan Tanjung Bunga yang dibangun tahun 2005, sampai sekarang belum ditempati tenaga medis. Praktis tidak ada pelayanan kesehatan. Akibatnya warga yang sakit harus berjalan sejauh 30 kilometer untuk berobat di Puskesmas Waklibang di ibu kota Kecamatan Tanjung Bunga.

Bernadus Bala Soge (30) warga Desa Latonliwo kepada Flores Pos di Larantuka, Sabtu (28/3) sesalkan kelambanan Dinas Kesehatan untuk menempatkan seorang tenaga medis di puskesmas tersebut.Soge mengakui gedung Puskesmas Kotenwalang dibangun tahun 2005 oleh PT M2000 Usaha Mandiri.
Gedung Puskesmas yang cukup megah ini setelah selesai dibangun tahun 2006 pernah ditempati petugas medis, Mantri Kris asal Sikka. Namun baru setahun bertugas dia minta mutasi ke tempat asalnya. Sampai sekarang Dinas Kesehatan belum menempatkan tenaga medis pengganti.

Gedung Puskesmas Kotenwalang kini terlantar. “Masyarakat Desa Kotenwalang sangat mengharapkan agar Dinas Kesehatan Flotim secepatnya menempatkan petugas medis untuk bertugas tetap di Koten. Sebab sejak mutasinya Mantri Kris tahun 2006, masyarakat selain berobat di Puskesmas Waiklibang, juga menmperoleh pelayanan pengobatan dari perawat non PNS, Ana Gunung Maran yang tinggal di Desa Latonliwo.

Pelayanan pengobatan oleh Ana Gunung menurut masyarakat terlampau mahal, karena sekali berobat harus membayarRp50.000/orang dewasa”. Persoalan vakumnya tenaga medis di Puskesmas Kotenwalang ini kata Soge pernah disampaikan masyarakat pada saat kunjungan kerja Bupati Flotim, Simon Hayon pada Oktober 2008 ketika melantik Kepala Desa, Latonliwo.

Bupati Simon berjanji akan memberitahukan kesulitan ini kepada Dinas Kesehatan Flotim untuk menempatkan tenaga medis di Puskesmas Kotenwalang. “Sampai kapan masyarakat Kotenwalang menunggu tenaga medis tetap untuk pelayanan kesehatan di sana?” ujar Soge. Soge mengakui, kesulitan utama yang dihadapi masyarakat Desa Latonliwo (Koten), Desa Patisirawalang (Basira), dan Desa Aransina (Lewokoli) adalah infrastruktur jalan raya dan kesulitan tenaga medis. Masyarakat melintasi jalan tikus selama ini.

Sejak nenek moyang warga masyarakat tiga desa ini mengandalkan transportasi laut dengan perahu motor ke Larantuka ibu kota Kabupaten Flotim. Dua kesulitan utama ini perlu mendapat prioritas pemerintah. Kepala Dinas Kesehatan Flotim, dokter Yosep Usen Aman belum lama berselang mengatakan, kekurangan tenaga medis di sejumlah Puskesmas di Kabupaten akan diperhatikan, terutama di Puskesmas/Pustu yang belum ada tenaga medisnya.*

Mayat Misterius Ditemukan di Pantai Gorontalo 18-Apr-2009

Oleh Andre Durung
Labuan Bajo, Flores Pos

Mayat misterius berjenis kelamin perempuan ditemukan di pantai Gorontalo, Desa Gorontalo, Kecamatan Komodo, sebelah timur Labuan Bajo ibu kota Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Jumat (17/4/2009) siang. Sebab kematian, nama, asal dan identitas lain korban belum diketahui. Kejadian ini gegerkan warga Labuan Bajo.

Pengamatan Flores Pos di lokasi sekitar pukul 14.30 WITA, mayat wanita dewasa bermuka bulat itu dibaringkan di atas sebilah papan tebal bekas di bawah naungan dua pohon gamal hidup. Banyak anggota Polres Mabar hadir di tempat tersebut membaur dengan masyarakat yang datang menyaksikan kejadian langkah itu sekalipun panas terik matahari menyengat.Di sekitar jenasa dipasang garis polisi line.
Disamping jenasah tergelatak sebuah tas berisi pakaian, diduga milik korban. Pada tas berwarna merah itu tertera sejumlah tulisan dengan tinta hitam antara lain Masti Gaul dan Putri Pertama. Beberapa saat kemudian muncul mobil ambulance. Jenasa perempuan bermuka bulat, rambut ombak pendek, warna kulit sawo matang dan mengenakan jelana levis pendek hitam dengan baju kaus merah itu dimasukan dalam kantong mayat oleh sejumlah anggota polisi untuk selanjutnya dilarikan ke Puskesmas Labuan Bajo guna divisum.

Kasat Reskrim Polres Mabar AKP Zeth Kehi yang ditanyai Flores Pos di lokasi tersebut seputar identitas korban mengakunya belum tahu. “ Ini kita lagi cari. Namanya siapa, asal dari mana dan lain-lainnya juga belum tahu. Habis tidak ada KTP-nya (kartu tanda penduduk). Sebab kematiannya juga belum tahu persis,” katanya singkat.

Aji, seorang saksi mata mengaku dia yang angkat mayat korban dari bibir laut ke pantai setelah mendengar teriakan orang ada mayat terapung. “ Saat saya angkat kepalanya sudah di darat, badannya di air, tapi sudah mati. Selama ini saya tidak pernah lihat orang ini, nama dan segala macamnya saya tidak tahu. Apa lagi saya baru di sini. Saya dari Sumbawa (Nusa Tenggara Barat/NTB-Red),”

kata Aji yang saat itu tanpa baju, kecuali celana pendek. Hal sama diutarakan saksi mata lain, diantaranya istri Aji dan Ana.Sesaat sebelumnya Flores Pos mendapat informasi penemuan mayat dimaksud dari Kapolres Mabar AKPB Samsuri di Labuan Bajo. “ Saya belum tahu nama dan identitas lainnya. Ada laporan dan anggota saya sekarang mau ke lokasi,” katanya singkat. ***

Di Wolomeze Partai Golkar Unggul 18-Apr-2009

Oleh Hubert Uman
Bajawa, Flores Pos

Rapat pleno terbuka Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Ngada tentang rekapitulasi hasil penghitungan suara pemilu legislatif tingkat Kabupaten Ngada dimulai hari Jumat (17/4). Hari pertama KPU melakukan penghitungan suara hasil pemilu legislatif di Kecamatan Wolomeze. Hasilnya, untuk DPR-RI dan DPRD provinsi NTT, Partai Golkar mengungguli partai-partai lainnya.

Untuk DPRD Kabupaten Ngada, hingga pukul 14.30, belum dilakukan rekapitulasi. Dari total pemilih 2.519, perolehan suara Partai Golkar untuk DPR-RI 920 suara. Disusul PDI Perjuangan 264, PPRN 243, dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) 207. Perolehan suara partai-partai lainnya berkisar antara 5-70-an suara. Untuk DPRD Provinsi NTT, Golkar meraup suara sebanyak 1.381.
Caleg Partai Golkar DPRD Provinsi NTT nomor urut 6 atas nama Thomas Dolaradho mendapat dukungan paling besar, 1.222 suara. Perolehan suara untuk PDI Perjuangan di Kecamatan Wolomeze 304 suara. Disusul Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI) 82, Partai RepublikaN 70, Partai Damai Sejahtera 59, dan Partai Demokrasi Pembaruan (PDP) 20 suara. Partai-partai lainnya mendapat dukungan dibawah sepuluh suara. Bahkan ada sejumlah partai hanya mendapat satu suara dan ada yang kosong sama sekali. Ketua KPUD Ngada Arnold keli nani mengtakan, perolehan suara hasil pemilu 9 April lalu sudah direkapitulasi di PPK.

Tidak ada intervensi dari KPU. Di KPU hanya rekapitulasi terakhir untuk disahkan. Untuk Dewan Perwakilan Daerah (DPD), kata anggota KPUD Ngada Thomas Mauritius Djawa, dari jumlah pemilih 2.519, surat suara sah sebanyak 2.407. Surat suara tidak sah 112. Calon anggota DPD atas nama Richardus Wawo mendapat suara paling tinggi yakni 717 suara. Urbanus Ola 282 suara. Dukungan untuk calon anggota DPD lainnya kecil. Rapat pleno yang dihadiri oleh para saksi dari partai politik ini berlangsung selama tiga hari, sejak Jumat sampai dengan dengan Minggu (19/4), di Aula kantor KPUD Ngada.

Pada acara pembukaan hadir Bupati Ngada Piet Jos Nuwa Wea, Asisten II Setda Ngada Petrus Tena. Rapat pleno dipimpin Ketua KPUD Ngada Arnoldus Keli Nani didampingi anggota KPUD Yosafat Koli, Thomas M. Djawa, dan Hendrika M. Djawa. Anggota KPUD Ngada Agustinus Bhara sedang mendampingi rekapitulasi di Kecamatan Riung. Kegiatan rapat pleno terbuka KPU Kabupaten Ngada tentang rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara pemilu legislatif tingkat Kabupaten Ngada mendapat penjagaan ketat polisi. *

Ada Skenario Menjadikan NTT Seperti Ambon dan Poso

Kupang, NTT Online - Komandan Korem 161/Wirasakti Kupang, Kol Inf Arief Rachman mengungkapkan, saat ini sedang terjadi “pembusukan dari dalam” untuk menjadikan Nusa Tenggara Timur (NTT) porak-poranda seperti Ambon dan Poso. “Upaya ini sedang mereka bangun di wilayah perbatasan NTT-Timor Leste dengan menghasut rakyat untuk menolak kehadiran TNI,” katanya ketika berdialog dengan tokoh-tokoh masyarakat dari Kabupaten Nagekeo, Pulau Flores di Makorem 161/Wirasakti Kupang, Rabu.

Kehadiran 12 tokoh masyarakat dari Kabupaten Nagekeo yang dipimpin oleh Kornelis Soi (Anggota DPRD NTT dari F-PDI Perjuangan) untuk mendesak TNI-AD segera membangun Markas Komando Resor Militer (Korem) di Mbay,ibukota Kabupaten Nagekeo.
Nagekeo merupakan kabupaten baru pemekaran dari Kabupaten Ngada yang baru diresmikan menjadi daerah otonom pada 22 Mei lalu bersamaan dengan Kabupaten Sumba Tengah dan Sumba Barat Daya di Pulau Sumba.

Elemen-elemen masyarakat yang disebut Danrem Arief Rachman sebagai “kelompok pembusuk dari dalam” ini, masih terus melancarkan aksinya dengan menghasut masyarakat untuk menolak pembangunan Brigade Infanteri (Brigif) TNI-AD di SoE, ibukota Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).

Menurut dia, “kelompok pembusuk dari dalam” itu merupakan kaki tangan pihak asing yang terus bekerja untuk membenturkan rakyat dengan TNI, sekaligus untuk melumpuhkan kekuatan militer Indonesia agar bangsa ini mudah “dipermainkan” oleh kepentingan-kepentingan asing.

Ada sejumlah negara asing, kata Danrem Arief Rachman, tidak menghendaki agar militer Indonesia “tidak memiliki kekuatan yang utuh” karena militansi para prajurit TNI-AD dalam mempertahankan keutuhan negaranya, jauh berbeda dengan militer di negara mana pun.

“Bagi para prajurit TNI, nyawa adalah taruhannya dalam mempertahankan keutuhan negara dari gangguan pihak mana pun. Atas dasar inilah, kelompok-kelompok tersebut berusaha untuk membenturkan TNI dengan rakyat agar kemanunggalan yang dibangun selama ini segera retak,” katanya.

Danrem Wirasakti kemudian mencontohkan aksi protes masyarakat terhadap eksistensi Kodam Iskandar Muda di Aceh, Kodam Pattimura di Ambon dan Sulawesi serta Kodam di Papua.

“Ketika Kodam-Kodam tersebut dihapus, elemen-elemen masyarakat yang merupakan kaki tangannya pihak asing mulai memainkan perannya yang begitu hebat sehingga menimbulkan konflik berdarah di wilayah-wilayah tersebut karena tidak ada lagi komando militer yang berada di wilayah tersebut,” ujarnya.

Pengalaman pahit masa lalu yang terjadi di wilayah-wilayah tersebut, ujar Danrem Wirasakti, hendaknya dicermati oleh masyarakat NTT agar tidak mudah terprovokasi oleh pihak-pihak tertentu yang selalu menebarkan “virus anti militer” di tengah masyarakat demi mencapai tujuannya.

Danrem Arief Rachman menegaskan, amat sangat tidak mungkin jika rakyat Indonesia dijadikan sebagai musuhnya militer.

“Kita ini adalah tentara rakyat sehingga tugas dan pengabdian kita sepenuhnya dipersembahkan kepada rakyat Indonesia,” ujarnya.

Oleh karena itu, ia mengharapkan masyarakat NTT jangan cepat terprovokasi dengan aktivitas “kelompok pembusuk dari dalam” yang selalu berusaha membenturkan rakyat dengan TNI melalui media penolakan keberadaan pasukan militer atau pembangunan markas militer.

“Kemanunggulan TNI-Rakyat harus tetap dipertahankan dan tidak boleh tercerai-beraikan. Jika pola kemanunggulangan ini sudah kita tanamkan dalam hati kita masing-masing, upaya apapun yang dilakukan oleh menghacurkan daerah ini, bakalan tidak akan terwujud,” katanya menegaskan. antara

Mutiara Yang Kusam

(Oto kritik bagi pemimpin lokal yang “chauvinis”, persembahan buat Nusa Bunga)

Pulau Flores dikelilingi puluhan pulau-pulau kecil disekitarnya seolah bagai galaksi yang memiliki ribuan planet dan mengundang daya tarik tersendiri. Kontur dataran yang berbukit dan bergunung-gunung melengkapi keindahan Pulau Flores, potensi tambang yang menjanjikan dan belum dieksploitasi dengan sungguh-sungguh , ini semua tak diragukan lagi bahkan lebih lengkap dibanding Pulau Bali. Posisi geografi yang strategis yang berdekatan dengan Australia yang dianggap merupakan konfigurasi kekuatan Eropa, tentunya menjadi posisi sentral untuk membentuk opini tentang Negara Indonesia bagi Warga Australia khususnya, juga warga Eropa pada umumnya. Masyarakat Flores yang berkarakter keras dan tidak mau kalah menjadi talenta tersendiri untuk berlomba-lomba memacu semangat membangun daerah ini dari ketertinggalan dibandingkan wilayah lain di Indonesia bagian barat.
Kesan eksotik tentang pulau ini dan masyarakatnya terasa hambar dengan realita yang ada. Kesan terbelakang, tertinggal dan miskin mental menjadi stigma buruk bagi daerah ini, dan menjadi momok mengerikan bagi perkembangan karakter masyarakat pulau ini. Adakah langkah yang salah sehingga fenomena semacam ini terjadi. Pemerintah Pusat atau Pemerintah daerah yang mesti bertanggung dengan kesalahan semacam ini.
Mengatasi persoalan komunal yang kompleks tentu tak mudah, tetapi juga tak sesulit yang digambarkan bila semua pihak yang berkompeten berperan serta dengan kesungguhan untuk mengatasinya. Pihak pemerintah, tokoh-tokoh adat dan masyarakat termasuk gereja harus berperan lebih aktif sebagai katalisator untuk mengubah keadaan yang semakin parah ini. Semangat Communalism pada masyarakat pulau ini mestinya menjadi citra positif dengan makna gotong royong, bukan justru sebaliknya hanya memikirkan kelompoknya, sukunya, marganya dan ketika menduduki posisi strategis dipemerintahan bahkan ketika dipercaya menjadi pemimpin pada suatu daerah karakter Chauvinis masih melekat kental pada pribadinya.
Di era globalisasi pada saat ini, tak dibutuhkan pemimpin semacam itu, dinamika pembangunan sekarang ini membutuhkan pemimpin yang familiar terhadap semua ras, suku dan agama. Pemimpin harus mengayomi dan mensejahterakan semua kelompok dan golongan. Seorang pemimpin diberikan sebuah Amanat ! Dan bukan untuk ber-Khianat terhadap sang pemberi amanat. Rasa cepat puas diri banyak menghinggapi para pemimpin lokal di pulau ini. Mereka mengganggap bahwa yang apa yang telah mereka perbuat adalah hasil terbaik untuk rakyat. Padahal itu semua jauh dari harapan dan cita-cita dari masyarakat di pulau ini. Gerbong pembangunan demikian dinamis, butuh pemikiran dan tenaga ekstra untuk mengerakkannya. Jangan lagi ada tipu muslihat dipucuk pimpinan, kini warga masyarakat pintar menelaah setiap persoalan yang berkembang. Pulau Flores yang mestinya bisa menjadi cahaya bagi daerah lain, kini harus redup ketika tangan-tangan yang berkuasa tak lagi tahu apa yang mesti diperbuat.
Sikap Welcome terhadap pendatang terkadang masih diiringi sikap phobia. Padahal cermin daerah yang maju adalah daerah penuh keterbukaan bagi setiap orang!.Kota/kabaputen di Pulau Jawa yang maju digerakkan orang-orang non Jawa (daerah luar pulau Jawa), sikap legowo masyarakat Jawa untuk berinteraksi dengan masyarakat yang plural menjadi efek income terhadap kemajuan pembangunan bagi masyarakat daerah-daerah di pulau Jawa. Hal ini juga dipengaruhi faktor kepemimpinan plural dan nasionalis bukan chauvinis (nasionalisme sempit). Karakter fundamental yang dimiliki masyarakat Flores memang menjadi pembeda dengan daerah lain, tapi bukan berarti menjadi alasan untuk tetap menjadi daerah yang terbelakang dan miskin mental. Ini tanggungjawab yang harus dipikul oleh setiap insan yang mengaku dirinya seorang pemimpin di daerah ini. Sikap chauvinis yang tersirat pada gaya kepemimpinan para pemimpin di Nusa Bunga ini bisa menjadi bumerang bagi kawasan ini. Anugerah yang Tuhan berikan pada daerah ini tak disambut dengan sukacita yang nyata dalam membentuk peradabannya. Lihatlah Bangsa Arab yang identik dengan gurun pasir saja mampu menampilkan masyarakat yang sejahtera secara finansial. Citra mengisolasikan diri kian nampak pada arah pembangunan masyarakat Flores. dengan alasan memproteksi kultur masyarakatnya.
Bercermin dengan masyarakat Bali yang kian percaya diri dalam menata arah pembangunan fisik dan mental peradabannya, tanpa mengeser adat istiadatnya bisa menjadi refleksi bagi para penguasa disini. Sikap feodal berarti melawan jaman, dan ini adalah tanda bahwa kita akan tergilas oleh perkembangan peradaban. Sang pemimpin mesti mampu menjadi tokoh pembaharu dalam menjalankan amanat rakyatnya. Dan menjadi lentera bagi semua orang dan golongan. Payung kekuasaan harus dijadikan modal dasar yang kuat untuk mengasah daerah ini untuk menjadi daerah yang maju. Banyak potensi dikawasan ini yang belum tergali. Baik, potensi tambang, budaya dan lain sebagainya, yang kesemuanya itu tentu saja bisa memperbaiki taraf perekonomian masyarakat yang sedang sekarat. Kita memang tertatih-tatih menuju menuju gerbang kesejahteraan tapi jika kita memiliki pemimpin yang ideal tentu semua kesulitan akan teratasi. Kita semua disini punya mimpi kapan kawasan ini menjadi berkilau, menjadi magnet perekonomian kawasan Indonesia Timur. Sang pemimpin harus memberi apresiasi lebih terhadap tiap personal yang mampu mengikis kemiskinan mental dan materi dan bukan justru mengebirinya dan membelenggu dengan dalih kedaerahan. Kita belum tertinggal! Kita adalah mutiara. Kita belum diasah dan belum digosok hingga kita nampak kusam. Kita adalah mutiara yang kusam. Ini semua harus menyadarkan semua pihak untuk bersama-sama bangkit dari keterpurukan. Kita butuh pemimpin yang mampu membersihkannya hingga nampak bersinar dan elegan. Tapi kita juga butuh pemimpin yang plural bagi semua ras, suku, golongan dan agama. Semoga Nusa Bunga menjadi Mutiara yang sebenarnya.

Penulis: Mikael Risdiyanto SB
Forum Komunikasi Nasional
‘Pengagum Bung Karno’ Jakarta
Tinggal di
Ngedukelu , Bajawa
Kab. Ngada – Flores - NTT